Cara Mengasah Kecerdasan Visual Spasial Anak Secara Optimal


Para ahli psikologi terkemuka merumuskan ada beberapa jenis kecerdasan, salah satunya adalah kecerdasan visual spasial. Tampaknya Anda sebagai orangtua perlu mengenal kecerdasan visual spasial yang dimiliki anak serta memaksimalkan potensinya.

Anak-anak dengan kecerdasan visual spasial memiliki kemampuan yang luar biasa dalam membayangkan, mengingat dan memanggil kembali bayangan-bayangan visual di pikiran. Anak sangat pandai dalam mengingat wajah, gambar, bahkan hingga detil-detil tertentu. Jika kemampuan semakin berkembang, maka ia akan dapat memvisualisasikan sebuah objek dari sudut-sudut berbeda.

Anak Bermain
Photo credit: adobe.com|By Oksana Kuzmina

Jika anak Anda hobi menggambar dan mampu memvisualisasikan suatu benda secara detil, ini menandakan anak memiliki potensi kecerdasan visual spasial yang tinggi. Anak dengan kecerdasan visual-spasial memiliki keistimewaan dibanding teman seusianya, dimana ini termasuk jenis kecerdasan yang langka sehingga jarang orang yang memilikinya.

Kecerdasan ini membuat seseorang punya kemampuan diatas rata-rata dalam berpikir, memahami, lalu menerjemahkan pikiran dan imajinasi ke dalam bentuk visual. Kecerdasan ini melibatkan warna, garis, bentuk, ruang, ukuran dan hubungan antara elemen-elemen tersebut. 

Anak dengan kecerdasan visual-spasial punya kemampuan untuk melihat suatu objek dari berbagai sudut pandang. Setelah itu merekam dan membayangkannya di pikirannya, untuk kemudian divisualisasikan dalam bentuk gambar lengkap dengan detailnya yang menakjubkan.

Ciri-ciri kecerdasan visual-spasial pada anak yaitu:
  1. Memiliki kemampuan menggambar diatas rata-rata, anak bahkan dapat menggambar dalam bentuk tiga dimensi dengan detil garis dan warna yang sangat baik.
  2. Mudah dalam menghafal jalan. Jangan heran anak dengan kemampuan ini bisa mengingat rute hanya dengan sekali perjalanan saja.
  3. Anak punya hobi dan bisa dengan baik dalam menggambar denah rumah, yang lengkap dengan keakuratan posisi ruangan yang ada di dalam rumah. Bahkan mungkin anak akan menggambar denah kompelks tempat tinggalnya dengan akurat.
  4. Anak menyukai permainan puzzle, dan ia dapat menyelesaikannya dengan sangat cepat.
  5. Anak dengan kecerdasan ini biasanya sangat menyukasi aktivitas yang berkaitan dengan desain.
  6. Anak sangat sadar dengan sekitar, dan mampu memperhatikan sangat detail kondisi sekitarnya. Serta anak pandai dalam mendeteksi bentuk tertentu yang mengandung informasi visual, seperti misalnya anak pandai membaca grafik dan informasi di dalamnya.

Pada dasarnya sistem pendidikan di sekolah hanya memfokuskan untuk mengembangkan kemampuan di bidang pengetahuan umum, matematika, bahasa, hingga menghafal rumus-rumus tertentu. Sehingga kemampuan visual spasial anak biasanya berkembang di luar lingkungan sekolah.

Jika anak terlihat memiliki kelebihan pada kecerdasan visual spasial, sedangkan pendidikan di sekolah biasanya kurang memperhatikan pengembangan kemampuan ini, maka orangtua perlu menyediakan lingkungan kondusif dan fasilitas sehingga potensi anak dapat berkembang secara optimal.

Pengembangan kemampuan anak hendaknya dilakukan sejak dini. Jadilah orangtua yang aktif untuk menstimulasi perkembangan anak. Dorong anak untuk mengeksplorasi lingkungannya, ini sangat bermanfaat untuk tumbuh kembangnya secara umum.

Para ahli menyebutkan bahwa bayi di awal kehidupannya baru bisa memahami sebuah objek jika sudah menyentuhnya, dimana indra peraba bayi berkembang lebih awal daripada indra penglihatannya. Penelitian menunjukan bahwa indra peraba bayi-lah yang lebih aktif untuk memproses informasi spasial.

Orangtua harus tahu bahwa perkembangan kecerdasan visual spasial tidak berkembang pesat begitu saja, melainkan perlu adanya stimulasi-stimulasi yang merupakan tanggung jawab orangtua. Kalaupun berkembang, jika orangtua cuek dan tidak memberikan stimulasi untuk anak, perkembangan kecerdasan anak tersebut berjalan lambat dan potensinya tidak dapat dikeluarkan secara optimal.

Hindari menjadi orangtua yang over protektif, dimana sangat suka melarang-larang anak. Orangtua seharusnya tidak melarang aktivitas yang sedang dilakukan anak, apalagi saat anak terlihat sangat senang dan menikmati aktivitasnya tersebut, kecuali jika memang apa yang dilakukan anak membahayakan.

Biarkan anak merasakan langsung bentuk dan tekstur suatu benda, serta menyentuh dan meraba objek tersebut secara langsung. Hal yang sering terjadi adalah orangtua melarang anaknya bermain pasir, seharusnya anak dibiarkan saja bermain pasir atau sesuatu yang dianggap sedikit kotor, selama itu tidak membahayakan dirinya. 

Jangan Suka Melarang Anak. Di dalam proses tumbuh kembangnya, anak akan memiliki rasa penasaran yang sangat tinggi, yang membuatnya sangat suka mengeksplor alam sekitar. Anak-anak biasanya sangat suka bermain pasir, orangtua perlu membiarkan anak bermain pasir sesekali karena berdampak baik untuk perkembangannya.

Bermain pasir dapat melatih kemampuan sensorik dan motorik anak, anak bakal banyak bergerak memindahkan pasir dengan menggunakan sekop misalnya, ini juga meningkatkan keterampilannya anak dalam menggerakkan tubuh sekaligus melatih kekuatan otot-ototnya.

Kemampuan sensorik anak juga akan terlatih untuk mempelajari perbedaan tekstur dan melatih indra perabanya. Saat membentuk sesuatu, anak akan merasakan perbedaan tekstur dari pasir yang dicampur dengan bahan lainnya, hal ini menjadi informasi baru yang diserap oleh si Kecil. Dengan bagitu bermain pasir akan dapat mengoptimalkan perkembangan dan fungsi otak anak.

Konsentrasi anak juga terlatih saat bermain pasir, saat memainkan dan membentuk pasir maka secara tak sadar anak telah dibuat fokus untuk mengerjakannya sampai selesai. Kemampuan melatih fokus atau berkonsentrasi ini sangat penting, anak-anak yang memiliki gangguan fokus nantinya akan kesulitan saat bersekolah.

Bermain pasir juga akan mengasah dan meningkatkan kreativitas anak, serta imajinasinya. Saat bermain pasir, otak anak akan terpacu untuk membuat bentuk-bentuk tertentu sesuai dengan kreativitas dan imajinasinya. Dengan membiarkan anak bermain seperti itu, Anda mungkin akan menemukan potensi-potensi lain dalam diri anak yang sebelumnya tidak tergali.

Walaupun tampak sepele, kegiatan anak bermain seperti itu dapat memberikan manfaat yang sangat besar, termasuk dalam hal tumbuh kembang, perkembangan otaknya, hingga kretivitas dan imajinasinya. Jadi sebagai orangtua jangan suka melarang-melarang anak, kecuali jika apa yang dilakukannya membahayakan.

Suka melarang-larang anak berdampak buruk pada psikologisnya. Anak yang tumbuh dengan kondisi psikologi yang buruk, akan memiliki hambatan serius dalam perkembangan kecerdasannya. Orangtua perlu menstimulasi kecerdasan visual spasial anak, jadi pastikan orangtua sering berinteraksi dengan anak. Jangan karena sibuk dengan pekerjaan sehingga tidak memiliki waktu untuk bersama anak. Jika ingin menstimulasi anak, maka orangtua harus menyediakan waktu berkualitas untuk anak.

Anak terstimulasi dengan obrolan-obrolan yang dilakukan orangtua bersama anak dalam setiap harinya. Ikutkan anak dalam obrolan yang berkualitas, jadi anak jangan sekedar dijadikan bahan becandaan. Sayangnya sebagian orang dewasa suka sekali bercanda-bercanda yang tidak jelas pada anak, sesekali memang tidak mengapa tapi jangan itu terus yang dilakukan. Yang harus difokuskan adalah memanfaatkan waktu yang ada untuk menstimulasi dan memberikan edukasi pada anak.

Lakukan obrolan yang dapat menstimulasi si Kecil, misalnya dengan memberikan pertanyaan “Apakah sayuran sebanyak ini bisa muat dimasukkan ke dalam keranjang?”

Atau “Apakah buah jeruk ini bisa masuk ke dalam botol susu?”

Memberikan pertanyaan seperti itu dan semacamnya dapat melatih kecerdasan visual spasialnya, anak akan berpikir untuk mencaritahu jawaban yang tepat. Selain itu, bentuk interaksi seperti ini akan menjadi hal yang menantang dan seru bagi anak.

Permainan Edukatif. Ajak anak untuk menyusun blok atau permainan membuat bangunan tertentu yang dapat melatih kecerdasan visual spasial agar potensinya dapat dioptimalkan. Permainan yang sangat disarankan seperti lego, puzzle, melipat kertas, membentuk tanah liat, menyusun balok dan permainan sejenisnya.

Permainan menyusun bangunan tertentu akan menantang anak untuk membayangkan bangunan yang ingin dibut atau disusun-nya, lalu mengaplikasikannya dengan benda-benda tersedia hingga menjadi bentuk yang diinginkannya. Permainan seperti ini biasanya sudah menyediakan desain-desain bangunan di panduannya, yang nantinya anak akan bereksperimen dan menyusun hingga terbentuk sebuah bangunan.

Setelah berhasil biasanya anak akan sangat bahagia melihat jerih payahnya tersebut. Setelah itu, anak bisa mengembangkannya sendiri sesuai keinginan dan kreativiasnya. Orangtua hendaknya sejak dini mengajak anak untuk memainkan permainan seperti ini, untuk menstimulasi kecerdasan visual spasial anak sehingga dapat dikembangkan sejak dini.

Permainan tradisional origami (melipat kertas) dapat juga bermanfaat untuk melatih kemampuan spasial anak, dan anak nantinya mengembangkan pengetahuan geometri. Melalui lipatan kertas, anak belajar struktur bentuk yang dibuat, anak akan dilatih untuk mencermati panjang, lebar dan tinggi suatu objek.

Bermain origami juga dapat mengembangkan kreativitas anak. Meski biasanya permainan origami  meniru pola yang sudah ada, tapi tetap saja permainan ini akan mengasah pola pikir anak, dan anak ‘dipaksa’ berpikir agar kertas yang dilipatnya bisa menghasilkan bentuk sesuai contoh.

Adapun untuk permainan puzzle, tidak perlu memainkan puzzle yang rumit dan berukuran besar, terlebih jika usia anak masih sangat kecil. Gunakan puzzle yang ukurannya tidak terlalu besar, dan potongan-potongannya cukup besar sehingga memudahkan anak dalam menyelesaikan permainan, karena yang namanya permainan adalah untuk bersenang-senang, bukan malah membuat stres dan berpikir terlalu keras.

Saat bermain puzzle, anak akan menggengam puzzle dan memasang potongan-potongannya satu demi satu. Bemain puzzle juga akan melatih kemampuan motorik tangan, penglihatan, kemampuan koordinasi dan kretivitasnya. Manfaat serupa juga akan diperoleh anak saat bermain menyusun balok, anak akan melihat berbagai bentuk dan ukuran balok serta warnanya yang berbeda-beda sehingga akan menstimulasi kecerdasan visual spasialnya.

Untuk permainan tanah liat, ini bukan berarti anak diajak untuk memainkan tanah liat yang ada di depan rumah, hendaknya Anda membeli permainan tanah liat yang dibuat pabrik karena ramah untuk anak dan bisa dimainkan di dalam rumah. Anda bisa mendapatkannya dengan mudah di toko permainan anak. Dengannya anak akan bersenang-senang dan bereksplorasi dengan seru untuk membentuk tanah liat sesuai keinginannya.

Bermain tanah liat juga dapat mengembangkan kemampuan motoriknya saat meremas atau menekan tanah liat. Ini akan melatih otot tangan dan lengannya, serta melatih koordinasi tangan dan matanya. Bermain tanah liat akan menyalurkan daya keretivitas dan imajinasi si Kecil.

Membaca Peta. Ini bukan membaca peta dunia, melainkan peta sederhana yang dibuat. Jika anak sudah menginjak usia empat tahun, biasanya anak sudah siap belajar pengetahuan sederhana tentang peta. Jadi misalnya orangtua membuat peta rumah sederhana, ajak anak bermain mencari harta karun dari peta yang telah Anda buat.

Sebelumnya sembunyikan sebuah hadiah untuk dicari anak. Nantinya anak akan mencoba membaca peta dan berusaha memahami lokasi-lokasi yang ada di dalam peta seperti ruang tamu, dapur, kamar tidur, toilet dan lainnya. Dalam permainan peta, anak akan dengan semangat untuk mencari harta karun dengan mengeksplor lokasi di peta.

Jika anak sudah paham tentang konsep peta, anak bisa membuat sendiri peta sederhana berupa peta dalam rumah, bahkan peta kompleks lingkungan tempat tinggalnya. Saat anak membuat peta, ini sangat efektif melatih kecerdasan visual spasialnya, dengan melalui bayangan-bayangan di pikiran yang ia imajinasikan.

Anak-anak dengan bakat kecerdasan visual spasial, jika dilatih sejak dini maka dapat sangat bermanfaat untuk masa depannya. Para ahli menjelaskan bahwa orang yang terampil dalam kemampuan visual spasial punya potensi besar untuk menjadi arsitek, fotografer, desainer grafis, hingga perancang tata kota.

Tips lainnya menstimulasi kecerdasan visual spasial anak:
  1. Mengajak anak pada aktivitas seni dan menggambar. 
  2. Hendaknya sering-sering menggunakan bahasa spasial saat berinteraksi dengan anak seperti segitiga, besar, tinggi, kecil, besar, dll.
  3. Mengajak anak membuat kerajinan tangan. 
  4. Mengenalkan anak sejak dini dengan geometri dasar. 
  5. Fokuskan stimulasi pembelajaran dengan media visual, bukan kata-kata. Termasuk meminta anak menjelaskan visualisasi yang ada di benaknya secara detail.
  6. Mendorong anak berimajinasi seluas-luasnya guna mengoptimalkan potensinya.

Selain melakukan aktivitas yang melatih kecerdasan visual-spasial anak, pastikan anak mendapatkan asupan gizi berkualitas. Ajarkan anak sejak dini untuk mengonsumsi makanan bergizi yang bermanfaat untuk perkembangan otaknya dan kesehatan tubuhnya secara umum. Dorong anak agar terbiasa mengonsumsi buah dan sayuran sejak kecil, serta hindari makanan tidak sehat seperti junk food, ciki (snack ringan) dan semacamnya.

Loading...

Tulisan Terkait: