Berbagai Kiat Mengoptimalkan Tumbuh Kembang Anak di Usia Emas (Golden Age)


Orangtua harus menaruh perhatian terbesar terhadap masa usia emas (golden age) seorang anak, pada dasarnya usia anak 5 tahun kebawah merupakan masa-masa kritis sekaligus masa emas dalam proses tumbuh kembangnya.

Disebut masa kritis karena anak usia 5 tahun kebawah sangatlah rapuh, perlakuan kasar yang diterima atau bahkan sekedar suara keras dapat berdampak buruk secara signifikan terhadap tumbuh kembangnya. Sebisa mungkin keamanan fisik dan psikis mereka benar-benar harus dilindungi secara sempurna, orangtua jangan sampai kecolongan dalam menjalankan kewajibannya terhadap anak.

Anak Bermain
Photo credit: istockphoto.com|BrianAJackson

Periode ini juga disebut masa emas karena pada periode ini anak tumbuh dan berkembang dengan sangat pesat. Orangtua benar-benar harus memperhatikannya sehingga anak mendapatkan proses tumbuh kembang yang optimal, yang nantinya hal ini sangat penting untuk kesuksesannya di masa mendatang.

Orangtua harus mencegah terjadinya penyimpangan dalam proses tumbuh kembang anak seperti gizi buruk, stunting, penyimpangan mental, gangguan emosi, gangguan konsentrasi, hiperaktif hingga terlambat bicara. Masalah-masalah tersebut dapat menghambat proses tumbuh kembang anak, jadi hindari dan segera atasi sejak dini jika anak mengalaminya.

Ketahui secepatnya jika adanya penyimpangan-penyimpangan yang dialami anak, sehingga diharapkan orangtua bisa segera menentukan tindakan lebih lanjut untuk mencegah masalah yang diderita anak semakin parah.

Mencegah Stunting pada Anak. Buat yang belum paham betul terkait stunting pada anak, ini adalah kondisi tubuh dan otak anak mengalami hambatan serius dalam proses perkembangannya. Kondisi ini menyebabkan tubuh mereka jadi lebih pendek dan kemampuan berpikir mereka cenderung lebih lambat dibandingkan anak lain seusianya.

Anak stunting bukan hanya menjadi masalah orangtua, tapi juga menjadi masalah besar bagi sebuah bangsa. Dapat dibayangkan bagaimana kemajuan sebuah negara bisa terhambat jika kondisi penerus bangsanya seperti ini. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2019 menunujukan angka stunting di Indonesia mencapai 30,8 persen. Padahal angka yang ditargetkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) adalah tidak boleh lebih dari 20 persen.

Pastikan pola MPASI yang sehat dan bergizi, dimana saat masa MPASI sejak usia 6 bulan, orangtua harus memenuhi standar makanan sehat dan bergizi. Jika tidak dipenuhi menyebabkan anak rentan untuk mengalami stunting, yang nantinya sangat berdampak buruk pada tumbuh kembangnya.

Buatlah Anak Mencintai Buah dan Sayuran. Jangan sampai anak menjadi orang yang jarang mengonsumsi sayuran dan buah-buahan. Anak yang malas untuk makan buah dan sayuran punya cadangan vitamin dan mineral yang rendah, hal seperti ini dapat membuatnya rentan untuk mengalami stunting.

Penting diketahui bahwa vitamin dan mineral tidak diproduksi di dalam tubuh, sehingga rutin mengonsumsi sayuran dan buah adalah sebuah keharusan, khususnya bagi anak-anak yang sedang dalam masa pertumbuhan.

Selain itu pastikan kebersihan lingkungan terjaga. Jika kebersihan lingkungan di sekitar anak kurang baik (seperti sanitasi yang buruk dll) maka dapat memicu penyakit diare dan cacingan pada anak. Dampak dari kondisi seperti itu bisa menyebabkan gangguan tumbuh kembang anak. Jadi selain memperhatikan asupan gizi anak juga perhatikan kebersihan lingkungan, serta pastikan kebersihan makanan dan minuman yang dikonsumsi anak.

Setelah anak lahir, segera lakukan inisiasi menyusui dini (IMD) agar berhasil menjalankan ASI eksklusif. Berikan ASI eksklusif sampai anak berusia 6 bulan lalu dilanjutkan dengan pemberian MPASI yang sehat dan bergizi.

Awal Tumbuh Kembang. Para ahli menjelaskan bahwa usia kelahiran hingga lima tahun adalah masa paling penting dalam perkembangan anak. Berikut hal yang harus diperhatikan orangtua saat awal tumbuh kembang mereka:
  1. Bersikap hangat, penuh kasih dan responsif.
  2. Sering berbicara atau mengobrol untuk anak, walaupun usianya masih satu tahun, atau bahkan masih bayi.
  3. Mengawasi permainan yang aman untuk anak.
  4. Menghindarkan anak dari paparan cahaya televisi, smartphone, laptop dan semacamnya.
  5. Menyadari bahwa setiap anak itu unik. Sehingga hindari suka membanding-bandingkan anak.

Perhatikan Perkembangan Motorik Kasar dan Motorik Halus. Orangtua harus menaruh perhatian pada perkembangan motorik anak, baik itu motori kasar maupun motorik halus. Motorik halus meliputi keluwesan jari jemari anak saat melakukan aktifitas. Kemampuan motorik halus harus berkembang dari waktu ke waktu, sehingga anak bisa mengancingkan baju, melipat kertas, mewarnai, mencorat-coret di kertas dan kegiatan semacamnya

Mengenai motorik kasar, melatih motorik kasar pada periode golden age sangatlah penting, sehingga anak dapat mengembangkan kemampuannya untuk berlari, melompat, memanjat, berenang, dan kegiatan olahraga lainnya. Kemampuan motorik kasar maupun halus sangat penting untuk mendukung proses tumbuh kembang anak.

Pola Hidup Bersih dan Sehat di Keluarga. Buatlah anak terbiasa untuk menjalankan pola hidup bersih dan sehat sedari dini. Ajakarkan anak untuk rutin mencuci tangan sebelum makan, cuci tangan dengan air mengalir. Selain itu biasakan anak untuk mencuci tangan setelah menggunakan toilet.

Hal yang juga sangat penting, yaitu orangtua harus memastikan air yang diminum anak bersih dan sehat karena ini sangat mempengaruhi tumbuh kembangnya. Lalu pastikan kebersihan air dan sanitasi, lingkungan yang bersih sangat penting agar anak tumbuh dan berkembang secara optimal.

Membentuk Bonding Orangtua dan Anak. Bonding merupakan aktivitas membangun hubungan emosinal (batin) antara orang tua dan anak. Bonding yang berjalan dengan baik bermanfaat untuk anak di sepanjang hidupnya. Anak-anak yang memiliki hubungan baik dan dekat dengan orangtuanya cenderung memiliki karakter positif.

Adapun anak-anak yang sering berprilaku buruk bahkan melakukan tindakan kriminal, biasanya memiliki hubungan yang tidak dekat dengan orangtuanya. Oleh karena itu bonding adalah sesuatu yang sangat penting, hendaknya bonding sudah mulai dibentuk sejak anak berusia dini.

Bonding sebuah ikatan emosional yang terjalin antara orangtua dan anak, dimana anak sangat membutuhkan perhatian, perasaan aman dan cinta. Hal ini penting agar tumbuh kembang anak optimal dan menjadikan anak lebih siap untuk mengeksplorasi dunianya.

Para ahli menjelaskan bahwa anak-anak yang mendapatkan bonding yang baik akan lebih siap beradaptasi dengan lingkungannya, lebih berani, lebih mandiri, lebih terarah pikirannya, hingga lebih bisa belajar banyak hal.

Adapun anak-anak yang tidak mendapatkan bonding, dimana anak tidak memiliki ikatan batin dan kedekatan hubungan dengan orangtuanya, dampaknya:
  1. Anak cenderung tidak percaya diri.
  2. Mudah kebingungan.
  3. Mudah panik.
  4. Emosi/mental tidak stabil.
  5. Cenderung lebih suka diam saja.
  6. Takut mencoba.
  7. Takut berbicara atau takut mengeluarkan pendapat.
  8. Memiliki perasaan cemas atau khawatir berlebih. 

Bonding sangat penting untuk perkembangan mental anak yang baik dan sehat, yang nantinya sangat mempengaruhi kemampuan beradaptasinya di lingkungan. Orangtua dan anak harus membentuk rasa saling percaya sejak dini.

Kesalahan banyak orangtua adalah terlalu sibuk dengan pekerjaan, bahkan lebih mengutamakan gadgetnya daripada anaknya sendiri, akibatnya orangtua melalaikan kewajibannya untuk memberikan perhatian dan kasih sayang pada anak. Padahal anak (khsusnya pada periode golden age) sangat membutuhkan perhatian dan kasih sayang berlimpah dari orangtuanya.

Dengan begitu, jika sedang bersama anak maka orangtua perlu menyingkirkan gadget, sehingga diharapkan akan banyak sentuhan, kontak mata dan komunikasi antara orangtua dan anak.

Untuk membentuk bonding, orangtua harus berkomitmen dan konsisten menjalankan waktunya bersama anak. Sekalipun disibukan oleh pekerjaan, harus ada kebersamaan waktu berkualitas (quality time) orangtua dan anak, setidaknya 30 menit dalam sehari. Saat bersama anak, curahkan hati dan pikiran Anda untuk anak.

Ikatan emosional yang terjalin sangat penting untuk kesehatan mental anak. Anak merasa dirinya aman, nyaman, mendapat dukungan, merasa dihargai dan merasa diakui keberadaannya.

Penelitian menemukan bahwa anak-anak yang tumbuh dengan perasaan aman memiliki perkembangan lebih sehat secara mental maupun fisik, serta anak tumbuh dengan perasaan bahagia dan lebih terhindar dari perasaan stres.

Anak-anak yang mendapatkan bonding sejak dini biasanya memiliki kecakapan diatas rata-rata berupa lebih kreatif, lebih mampu berinisiatif, bisa mengontrol emosi dengan baik, kemampuan problem solving (mengatasi permasalahan), jiwanya lebih peka kepada teman-temannya sehingga mudah bergaul dan mudah mendapatkan teman, serta punya kemampuan leadership.

Jika bonding dengan orangtua sudah baik, ini juga menjadi keuntungan karena akan lebih mudah untuk mengajarkan kedisiplinan dan hal lainnya pada anak. Dengan ikatan emosional yang dekat, nantinya orangtua dapat lebih mudah untuk meluruskan kekeliruan anak, ini sangat penting saat anak memasuki usia remaja, dimana anak mau mendengarkan nasehat dari orangtua.

Adapun anak-anak yang tidak mendapatkan bonding sejak dini, biasanya cenderung melawan bahkan berani membantah perkataan atau arahan dari orangtuanya.

Bonding yang terbentuk sejak dini juga berkaitan dengan motivasi belajar anak yang tinggi, sehingga anak bisa berprestasi di sekolahnya. Sebuah penelitian menghubungkan ikatan bonding keluarga di rumah dengan peningkatan kinerja akademis anak secara keseluruhan. Hasilnya ditemukan bahwa anak-anak yang memiliki bonding dengan orangtua berprestasi lebih baik di sekolah, serta lebih terhindar dari perilaku buruk seperti penggunaan narkoba.

Bonding Membentuk Kepercayaan Diri Anak. Sering berkomunikasi, bercengkrama dan mengadakan permainan dengan anak berarti memberikan peluang untuknya berekspresi, dimana anak merasa bebas mengeluarkan pendapat, serta apa yang dikatakan anak didengar dan dihargai oleh orangtuanya.

Hal ini seperti ini sangat penting untuk kepercayaan diri anak dan proses tumbuh kembangnya. Manfaatnya anak menjadi terbiasa untuk mantap dan percaya diri dalam mengambil keputusan, terutama keputusan yang berkaitan dengan orang banyak seperti saat kerja kelompok. Selain itu anak lebih berani untuk mencoba hal baru, ini penting sehingga anak bisa menggali bakat terpendamnya.

Bonding juga akan melatih kecerdasan berbahasa anak dan juga kecerdasan emosi (EQ). Anak akan lebih mampu untuk menempatkan dirinya dengan benar, serta bisa berbicara sopan kepada orang yang jauh lebih tua. Demikian juga saat sedang marah, anak mampu mengolah emosinya dengan baik sehingga tetap bisa mengontrol perkatannya.

Bonding juga sangat penting agar anak mau terbuka pada orangtuanya, serta anak memberikan kepercayaan kepada orangtuanya. Jika orangtua telah dipercaya anak, maka anak mau terbuka untuk mencurahkan isi hati atau menceritakan masalah yang sedang dialaminya. Bonding membuat setiap anggota keluarga menjadi lebih saling mengenal.

Hindari Membentak Anak. Jika membentak anak saja harus dihindari apalagi memukul, tapi sayangnya cukup banyak orangtua yang tidak bisa mengontrol emosinya, alhasil saat si Kecil melakukan kesalahan maka dengan spontan orangtua bereaksi dengan cara membentak anak. Harus diketahui bahwa membentak anak bisa menimbulkan efek piskologis yang sangat buruk dan trauma berkepanjangan, yang sangat berdampak pada proses tumbuh kembangnya.

Sel otak anak tumbuh dengan sangat pesat saat periode golden age, jika anak mendapatkan bentakan atau mendengarkan suara keras maka menyebabkan rusaknya sel-sel otak yang sedang tumbuh. Kerusakan sel otak pada anak benar-benar dapat terjadi akibat sering dibentak, jadi orangtua harus berhati-hati dalam bertindak.

Mengutip hasil penelitian ahli saraf dari Chicago Medical School, Lise Eliot, ia menjelaskan bahwa satu bentakan saja dapat merusak miliaran sel-sel otak anak. Dimana pada anak yang dalam masa golden age, suara keras dan bentakan dari orang tua dapat menggugurkan sel otak yang sedang tumbuh. 

Dan sebaliknya, peneliti Lise Eliot menjelaskan bahwa saat orangtua (khususnya Ibu) memberikan belaian lembut pada anak sambil menyusui, maka rangkaian otak anak tumbuh serta akan terlihat terbentuknya rangkaian yang sangat indah di otak anak.

Para orangtua yang suka membentak anak harus menyadari hal ini, sebab tindakannya menyebabkan kerusakan dan hambatan pada proses perkembangan otak anak, sangat disayangkan jika perkembangan otak anak tidak optimal, dimana potensi kecerdasan anak tidak dapat dioptimalkan. Dengan begitu, orangtua harus berhati-hati dalam menegur anak, jangan sampai membentak-bentak.

Sejumlah penelitian ilmiah menemukan bahwa anak-anak yang berada dalam situasi ketakutan saat dibentak. Dimana rasa cemas, takut dan tekanan ini membuat produksi hormon kortisol di otak meningkat tajam. Produksi hormon kortisol yang berlebihan di dalam tubuh dapat merusak sambungan dan rusaknya sel-sel otak.

Anak yang sering mendapatkan bentakan dalam jangka panjang cenderung menjadi pribadi tertutup, tidak percaya diri, mudah cemas, penakut, merasa minder, menarik diri dari pergaulan, dan rentan terkena depresi saat dewasa.

Dengan mengetahui bahaya dari membentak anak, hindari emosi membabi buta saat Anda mencoba mengajarkan anak, apalagi jika anak Anda masih dalam periode golden age. Jadilah orangtua yang penyabar, penyayang, penuh perhatian dan jalankan pola komunikasi dua arah antara orang tua dan anak, dimana masing-masing pihak saling menerima diri dan saling mendengarkan.

Sekalipun saat Anda sedang emosi, tahanlah diri Anda. Coba tarik nafas dalam-dalam dan hembuskan secara perlahan. Ini akan memberi otak cukup oksigen dan membuat pikiran lebih jernih serta emosi akan mereda.

Mengungkapkan Kasih Sayang pada Anak. Rasa cinta atau kasih sayang di dalam keluarga itu sangat penting, terutama dalam proses tumbuh kembang anak. Anak memiliki hak untuk dicintai dan disayangi, ini menjadi sangat krusial karena hanya anak yang pernah merasakan kasih sayanglah yang dapat memberikan kasih sayang kepada sesamanya.

Ibu dan Ayah diharapkan mampu memberikan kasih sayang, kenyamanan, rasa cinta, kehangatan dan rasa aman. Selain itu karakter anak juga dibentuk dengan menanamkan disiplin, tingkah laku positif, serta memberikan arah dan dorongan agar anak berani dalam menghadapi tantangan. Itu semua adalah bentuk dari kasih sayang orangtua yang harus dilakukan dan dicurahkan untuk anak.

Orangtua seharusnya mengungkapkan rasa kasih sayang secara langsung, perasaan sayang pada anak sangat penting untuk diutarakan. Sekalipun anak masih berusia beberapa bulan (alias masih bayi) yang tentunya masih belum bisa memahami, tapi si Bayi bisa merasakan saat orangtuanya mengungkapkan rasa cinta.

Apalagi jika anak sudah berusia satu tahun keatas yang tentu sudah bisa berkomunikasi, maka perlu sering-sering mengatakan “Ayah sayang kamu”, “Ibu cinta kamu” atau ucapan semacamnya. Menunjukkan rasa sayang akan membentuk keharmonisan di dalam keluarga. Anak-anak yang tumbuh dari keluarga yang harmonis umumnya memiliki prestasi yang lebih baik di sekolahnya.

Buatlah anak merasa bahwa kehadiran dirinya adalah hal yang membahagiakan, sangat penting anak memiliki perasaan diterima oleh orangtuanya, karena hal ini mempengaruhi tingkat percaya dirinya.

Selain itu biasakan untuk memberikan pelukan pada anak, orangtua perlu memberikan pelukan untuk anak beberapa kali dalam sehari. Pelukan dapat membuat anak merasa disayangi, dan anak merasa dihargai keberadaannya di keluarga.

Anak Punya Hak untuk Didengarkan Perkataannya. Orangtua harus menjadi pendengar yang baik untuk anak-anaknya. Anda tidak bisa dikatakan sebagai orangtua yang baik jika belum bisa menjadi tempat anak bercerita, dimana anak bisa bercerita dengan nyamannya.

Sekalipun anak Anda yang bercerita baru berusia 3 tahun, maka dengarkan ceritanya dengan antusias dan berikan perhatian penuh, serta hargai setiap perkataan anak. Saat anak berkata atau bercerita hadirkan diri Anda seutuhnya, sediakanlah telinga, mata dan hati untuknya. Jika Anda sedang memegang gadget maka simpan dahulu. Gunakan mata Anda untuk memperhatikan gerak-gerik dan ekspresi anak.

Tunjukkan rasa tertarik Anda dengan bersungguh-sungguh mendengarkan, hindari selingan yang membuat interaksi terputus, dan hindari suka memotong perkataan anak. Jangan melakukan hal lain selain mendengarkan, sehingga membuat anak merasa dirinya sangat dipentingkan. Terakhir, berikan feedback sesuai yang dibutuhkan anak.

Interaksi yang baik antara orangtua dan anak nantinya menumbuhkan rasa cinta. Setiap orang tentu sangat suka bila diperhatikan saat berbicara, serta ucapannya didengarkan dan dihargai. Perhatian yang orangtua berikan untuk anak, nantinya membuat anak merasa nyaman di dekat orangtuanya, serta anak akan mencintai orangtuanya sepenuh hati.

Anak sangat butuh untuk mendapatkan pengakuan dari orangtuanya. Anak yang merasa tidak diakui akan menjadi pribadi yang penyendiri hingga membangkang, bahkan seringkali anak kecil melakukan hal-hal yang buruk untuk mendapatkan perhatian orangtuanya.

Berikan Anak Ruang Berbicara Sejak Kecil. Anak harus diberikan ruang untuk berbicara dan berpendapat. Janganlah menjadi orangtua kolot yang hanya mau memerintah anak, tapi tidak mau mendengarkan perkataan dan masukan dari anak.

Ada banyak cara agar orang tua lebih dekat dengan anak-anaknya, dari banyak cara tersebut sebenarnya semuanya mengerucut pada satu hal, yaitu mengobrol. Dimana anak berbicara dan orangtua mendengarkan, lalu giliran orangtua yang berbicara dan anak yang mendengarkan. Mengobrol ini sebenarnya ‘ruh’ dari kebersamaan orangtua dan anak.

Walau anak masih berusia 3 tahun ajaklah mengobrol, ini akan mengembangkan kemampuan bahasanya bahkan tingkat kecerdasannya. Anak-anak yang cerdas secara intelektual (IQ) maupun emosional (EQ) biasanya sejak balitanya sering diajak mengobrol orangtuanya. Selain itu anak bisa lebih percaya diri, ceria, hingga berani menyampaikan apa yang ingin disampaikan.

Anak-anak yang terbiasa diajak mengobrol oleh orang tuanya akan tumbuh menjadi anak yang berani berbicara atau menyampaikan pendapatnya, karena di rumah sudah terbiasa diberi ruang untuk berbicara, sehingga anak tidak lagi canggung saat berbicara di depan kelas atau di depan banyak orang.

Saat pembagian rapor kelas TK ataupun SD, guru anak Anda mungkin akan mengatakan bahwa anak Anda yang paling berani ketika di kelas, percaya diri ketika disuruh bercerita di depan kelas, serta berani mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan dari guru.

Itu karena anak terbiasa diberi ruang untuk bicara di rumah, dan respon orangtua juga bagus berupa menghargai ucapan maupun pendapat anak. Alhasil anak tumbuh menjadi orang yang berani menyampaikan ide-ide dan apa yang ingin disampaikannya. Anak-anak yang pendiam biasanya karena memiliki orangtua cuek dan jarang mau mengobrol dengan anaknya.

Orangtua harus mendukung potensi anak, misalnya anak sejak kecil terlihat menonjol di bidang linguistik, maka dukung anak untuk selalu berani berbicara di depan banyak orang. Jangan hancurkan potensi anak dengan banyak melarang dan menakut-nakuti anak.

Loading...

Tulisan Terkait: