Orangtua seringkali tidak menyadari efek negatif dari memberikan label buruk
pada anak. Sekalipun Anda kesal dengan kelakuan anak, bukan berarti Anda boleh
mengucapkan kalimat negatif pada anak. Terlebih yang namanya anak-anak rentan
untuk melakukan kesalahan karena biasanya belum paham.
Sebisa mungkin jangan mengucapkan kalimat negatif pada anak, terlebih
memberikan label buruk dan memanggil anak dengan sebutan buruk tersebut.
Misalnya sebagian orangtua memberikan label “cengeng” pada anaknya, dan
seringkali memanggil anaknya dengan sebutan si cengeng. Dampak pemberian label
buruk akan berbahaya untuk anak, yang biasanya orangtua tidak
menyadarinya.
Apalagi jika memberikan label buruk pada anak di depan banyak orang.
“Iya, ini anak cengeng banget!” kalimat yang dilontarkan orangtua
kepada anak saat ada banyak orang. Tentunya anak menjadi sangat malu dan
runtuh percaya dirinya, si anak merasa dirinya dihina di depan banyak
orang.
Selain itu jika orangtua sering memberikan label cengeng pada anak, akan
tertanam di dalam benak Si Anak bahwa dirinya adalah orang yang lemah dan
cengeng. Akibatnya saat menghadapi sebuah kesulitan yang bisa ia lakukan hanya
menangis, karena sudah tertanam di benaknya bahwa ia seorang yang lemah.
Termasuk pada anak usia balita jangan pernah memberikan label cengeng, karena
hanya membuatnya semakin cengeng. Jika balita menangis hadapi dengan tenang,
tanyakan apa yang terjadi, cari tahu yang dibutuhkannya, pokoknya sikapi
balita yang sedang menangis secara bijak, jangan pernah menyebut Si Balita
sebagai “Anak Cengeng.”
Efek negatif labeling pada anak seringkali tidak disadari orangtua, padahal
dampaknya sangat berbahaya pada kejiwaan anak. Walaupun Anda sedang marah tapi
jangan sampai memberikan label-label yang jelek pada anak. Beberapa misalnya
label negatif yang sering disematkan orangtua pada anak yaitu “cengeng”,
“pemalas”, “pelupa”, “payah”, “anak nakal” dll.
Para ahli tumbuh kembang anak mengatakan bahwa label yang diberikan pada anak
sangat mempengaruhi karakter dan pembentukan jati diri si anak. Anak yang
sering diberikan label negatif akan merasa dirinya tidak berharga, hal
ini sangat mengganggu psikologis anak dan menghambat perkembangan mentalnya.
Anak juga bisa merasa bahwa dirinya ditolak jika sering diberikan label buruk,
yang dalam jangka panjang membentuk sifat minder di dalam diri anak,
dimana anak menjadi pribadi yang tertutup dan tidak suka bergaul. Pelabelan
buruk dapat meruntuhkan kepercayaan dirinya dan juga anak merasa dirinya tidak
berharga.
Jika anak sering diberikan label bodoh atau payah, yang terjadi akan tertanam
di dalam dirinya sesuai dengan cap yang diterimanya, yang itu akan terus
terbawa hingga masa remaja dan dewasanya. Sehingga saat ia nantinya
ingin masuk ke sekolah atau universitas terbaik, maka muncul perasaan bahwa
dirinya tidak pantas untuk berada disana, ia tidak percaya diri untuk bisa
bersaing dengan orang-orang.
Perasaan minder, rendah diri dan tidak percaya diri akan terus menghantuinya
seumur hidup, akibat label buruk yang didapatkannya saat masih anak-anak.
Akibat lainnya jika anak diberikan label bodoh, maka si anak enggan untuk
belajar dan merasa tidak akan mampu menyerap atau memahami pelajaran.
Adapun memberikan label nakal pada anak, maka akan tertanam di alam bawah
sadar anak bahwa ia memang anak nakal, sehingga pelabelan tersebut menyebabkan
anak semakin nakal.
Anak yang sering diberikan label negatif, lama-kelamaan ia melihat dirinya
seperti label yang diterimanya, dan anak memandang dirinya buruk sehingga akan
minder untuk bertemu orang-orang. Dampak label negatif menjadikan anak
memandang dunia sebagai tempat yang menyeramkan.
Pada dasarnya semua orangtua ingin yang terbaik bagi anak-anaknya, saat anak
terlihat belum memberikan usaha terbaiknya, maka jangan sampai memberikan
label buruk pada anak, jadilah orangtua yang penyabar, perhatian, berkasih
sayang dan suka memaklumi anak.
Selain itu ketahuilah bahwa setiap anak itu unik, masing-masing anak memiliki
kelebihan dan kekurangannya. Jadi jangan paksakan anak harus sesuai dengan
keinginan Anda. Lebih baik carilah bakat terpendam yang ada di dalam diri
anak, pasti ada.
Orangtua adalah figur yang dipercayai oleh anak, sehingga sangat mungkin kalau
anak langsung percaya perkataan orangtuanya. Saat orangtua memberikan label
“bodoh”, “payah” dan “lemah” maka saat itulah anak meyakini bahwa dirinya
bodoh, payah dan lemah. Ia akan menjadi anak yang takut bereksplorasi dan
tidak berani mencoba hal baru sehingga tumbuh kembangnya terhambat.
Label buruk yang sering didapatkan juga membuat anak rentan stres, dalam
jangka panjang pada masa remaja dan dewasanya beresiko tinggi terkena depresi.
Pemberian label buruk menyebabkan jiwa anak tertekan dan tidak nyaman yang
lama-kelamaan memicu perasaan stres dalam diri anak.
Loading...
Jangan karena alasan demi kebaikan anak sehingga orangtua menetapkan standar
tinggi untuk anak, saat anak tidak mencapai standar tinggi tersebut maka
orangtua pun dengan entengnya memberikan label buruk ke anak. Ini sungguh hal
keliru yang dilakukan orangtua dan akibatnya bisa fatal terhadap psikologis
atau kejiwaan anak.
Selain itu, jika anak telah berusaha semaksimal mungkin tapi direspon negatif
oleh orangtuanya menyebabkan anak merasa tidak dihargai oleh
orangtuanya, akibatnya hubungan orangtua dan anak menjadi renggang. Anak
sangat kecewa pada orangtuanya karena tidak menghargai usahanya. Label bodoh
atau label buruk lainnya yang disematkan juga dapat mengakibatkan potensi
dalam diri anak terkubur (dan hilang). Setiap anak punya potensinya
masing-masing, perasaan negatif yang diterima anak menyebabkan hilangnya
motivasi anak untuk berjuang menggapai potensinya.
Pelabelan sangat mempengaruhi anak dalam memandang dirinya. Label yang
diberikan orang tua, guru maupun lingkungan berdampak pada cara pandang anak
terhadap dirinya sendiri. Ilmuwan menjelaskan bahwa umumnya konsep diri
dikembangkan oleh bagaimana kita berpikir orang lain memandang kita. Khususnya
pada anak-anak yang mengembangkan perasaan diri mereka berdasarkan dari apa
yang orang lain katakan tentang diri mereka.
Bahkan penelitian menemukan bahwa ketika para guru berharap anak tertentu akan
menunjukkan perkembangan intelektual yang lebih besar, ternyata anak itu
benar-benar menunjukkan perkembangan intelektual yang luar biasa. Dengan
begitu, saat kita melabel anak secara negatif maka ia akan mendapatkan hal-hal
yang negatif pula.
Loading...
Tulisan Terkait: