Terkadang anak berprilaku buruk atau melakukan hal-hal yang membuat jengkel,
alhasil emosi pun terpancing karenanya. Mengendalikan emosi memang bukan
perkara mudah, tapi Anda harus berusaha. Saat emosi atau marah biasanya sulit
untuk bisa berpikir jernih, sehingga usahakan jangan berkata atau bertindak
apapun saat marah karena pasti hasilnya buruk dan akan berakhir pada
penyesalan.
Rasa kasih sayang amat sangat diperlukan di dalam mengasuh anak, milikilah
kasih sayang yang melimpah untuk anak Anda karena ia punya hak untuk
mendapatkan kasih sayang dan perhatian dari orangtuanya. Rasa kasih sayang
yang besar ini nantinya membuat orangtua bisa lebih sabar dan tenang dalam
menghadapi prilaku anak.
Orangtua seharusnya memaklumi anak saat melakukan kesalahan tanpa sengaja.
Jika kesalahannya tidak sengaja maka anak tidak boleh dimarahi, yang perlu
orangtua lakukan adalah mengingatkan anak untuk lebih berhati-hati. Orangtua
yang mengisi hatinya dengan limpahan kasih sayang untuk anaknya, maka dalam
menegur atau menghukum adalah atas dasar kasih sayang, bukan karena
emosi.
Kesabaran menahan diri adalah hal yang wajib dimiliki semua orangtua, jangan
sampai orangtua melakukan hal yang menyakiti fisik maupun hati anak. Anak
memang telah melakukan kesalahan (entah sengaja atau tidak) tapi bukan berarti
orangtua boleh melukai hati anak.
Bahkan ada sebagian orangtua yang sedang memiliki masalah ekonomi sehingga
melampiaskan emosinya pada anak, ini sangat disayangkan. Dimana seorang anak
lahir ke dunia karena keinginan kedua orangtuanya, ia saat lahir tidak tahu
apa-apa. Justru anak yang seharusnya mendapatkan pengasuhan sebaik mungkin,
itu haknya yang wajib dipenuhi orangtuanya.
Selain itu orangtua tidak boleh menimpakan beban pribadinya ke anaknya yang
masih kecil, seorang anak harus tumbuh dengan rasa bahagia. Sangat aneh jika
anak kecil diberikan beban orang dewasa.
Jaga akal tetap sehat. Ini yang harus diutamakan saat melihat anak
melakukan hal buruk. Cobalah menarik napas dalam-dalam dan mengeluarkannya
dengan tenang, sehingga membuat jiwa Anda lebih rileks. Jangan mengatakan atau
bertindak apapun saat marah.
Pisahkan emosi dan tindakan, jangan bertindak saat emosi karena pasti membuat
Anda menyesal. Sebagian orangtua yang emosional mengucapkan perkataan yang tak
pantas pada anak, bahkan ada yang sampai memukul hingga anaknya terluka.
Sebagai orangtua jangan sampai emosi menguasai diri karena membuat Anda
terlihat seperti petasan yang mudah meledak.
Saat anak ngambek maka jangan buru-buru memarahinya, biasanya anak gampang
ngambek karena ingin perhatian dan kasih sayang, berikan kebutuhan dasar itu
padanya. Memarahi anak yang sedang ngambek justru membuatnya semakin
menjadi-jadi, maka Anda sendiri yang repot jadinya.
Selain itu marah-marah juga akan membuang banyak energi, tidak ada untungnya
memarahi anak. Lebih baik melakukan cara pendekatan, lakukan pembicaraan dari
hati ke hati antara orangtua dan anak. Anak akan lebih menerima nasehat
orangtuanya jika diperlakukan dengan lembut. Orang dewasa tentunya tidak suka
diperlakukan kasar, demikian juga dengan anak-anak.
Cari tahu akar masalah. Dengan diketahuinya akar permasalahan maka
menjadi lebih mudah bagi orangtua untuk mengatasi prilaku anak. Biasanya anak
kecil ngambek atau berprilaku aneh karena ada keinginannya yang tidak
terpenuhi. Nah orangtua tinggal mencari tahu, cobalah pelan-pelan meminta si
kecil untuk mengutarakan keinginannya.
Misalnya anak ngambek atau berprilaku buruk karena sebelumnya dilarang minum
es padahal ia sedang sakit. Maka orangtua tinggal jelaskan minum es ketika
sakit bisa menyebabkan sakit semakin parah. Bilang ke anak
“kamu gak mau kan sakitnya makin parah dan lama sembuhnya”, setelah itu
hiburlah anak dengan sesuatu sehingga ia melupakan minum es.
Jika emosi sudah memuncak. Saat emosi Anda sudah memuncak dan sulit
mengontrol diri, maka cobalah duduk atau pergi beberapa meter ke tempat lain,
secepat mungkin pergi sebelum Anda benar-benar melampiaskan puncak kemarahan
pada si kecil. Rasa marah biasanya hanya bertahan beberapa menit, setelah itu
kemarahan akan mereda dan emosi kembali stabil. Itulah asalan mengapa tindakan
kemarahan hanya berakhir dengan penyesalan.
Rasa marah sebenarnya hanya berlangsung sebentar, sehingga tugas Anda adalah
diam saat itu (untuk sementara waktu) setelah emosi stabil barulah berbicara.
Sebisa mungkin jangan membentak apalagi memukul karena hal itu akan terus
terekam dalam memori anak. Anak kecil sangat butuh perhatian, kasih sayang dan
pemakluman dari orangtuanya.
Loading...
Beberapa alasan orangtua jangan membentak anak yaitu:
- Membentak anak justru membuat pesan yang ingin disampaikan orangtua tidak bisa diterima dengan jelas oleh anak.
- Anak akan tumbuh dengan diliputi rasa takut dan tidak aman.
- Anak kehilangan rasa percaya diri.
- Anak tumbuh menjadi pribadi yang tertutup dan mudah tertekan.
- Anak menjadi mudah cemas dan minder
- Anak beresiko tinggi mengalami depresi saat masa remaja maupun dewasa.
- Penelitian menunjukan bahwa anak yang sering dibentak cenderung lebih agresif secara fisik maupun verbal.
- Ingatan anak akan kejadian-kejadian di masa kecil melekat kuat hingga tumbuh dewasa, ia berpotensi mengalami trauma jangka panjang dan menjadi takut berinteraksi dengan orang lain. Ia juga tumbuh menjadi pribadi perfeksionis, hingga tidak ingin menikah dan menjadi orangtua.
- Anak dendam pada orangtuanya.
Anda mungkin sudah berusaha menahan diri, tapi tingkah anak yang menjengkelkan
membuat Anda berkata kasar. Padahal anak-anak belum banyak mengetahui aturan
berinteraksi sehingga wajar ia melakukan kekeliruan dalam bersikap. Sehingga
jika Anda menganggap lebih mending membentak anak daripada memukul, maka
ketahuilah membentak maupun memukul sama-sama BERBAHAYA.
Saat Ayah dan Ibu membentak anak dengan kalimat-kalimat kasar dan wajah penuh
amarah, sesuatu yang buruk akan terjadi pada mentalnya dan itu akan menjadi
ingatan buruk yang terus membekas.
Untuk orangtua yang “hobi” marah, maka perlu merenungi
“apakah saya benar-benar harus marah?” Jangan sampai Anda marah
kepada anak karena masalah yang sebenarnya sepele. Sekalipun anak melakukan
kesalahan fatal maka seharusnya orangtua menegur anak dengan berkomunikasi,
beritahu anak tentang kesalahan-kesalahannya dengan komunikasi yang baik.
Respon kesalahan anak dengan cara memberikan teguran, itu adalah cara pertama
dalam menangani permasalahan anak. Jadikan cara “memarahi” sebagai urutan
paling terakhir. Selain itu pastikan Anda menenangi diri saat melihat
anak berulah, sehingga Anda tidak naik pitam dan masih dapat mengontrol diri.
Buatlah diri serileks mungkin sebelum merespon atau menegur anak, tarik napas
dalam-dalam sehingga Anda menjadi tenang.
Selain itu kendalikan cara bicara, penelitian menunjukan semakin tenang kita
berbicara maka semakin mudah untuk menenangkan perasaan diri sendiri.
Jika anak memang sering melakukan kesalahan maka orangtua harus AKTIF untuk
sering mengajari anak, ajarilah anak tentang mana yang baik dan buruk, mana
yang boleh dan tidak. Jika orangtua aktif mengedukasi anak, maka anak pun
nantinya bisa lebih terhindar dari prilaku yang keliru. Ajari anak sopan
santun dan etika, itu sangat penting
Buat slogan anti-marah di pikiran Anda. Masukan beberapa kalimat di
pikiran yang nantinya “mengetuk” hati Anda untuk tidak meluapkan amarah secara
membabi-buta. Ulangi slogan tersebut di pikiran hingga hafal dan masuk ke
dalam hati, nantinya Anda mengingatnya disaat emosi mulai melanda jiwa
Anda.
Beberapa kalimat itu misalnya
“Marah tidak akan membuat anak jadi mengerti”, “Marah justru membuat keadaan semakin parah”,
“tetap tenang dan kendalikan situasi” dan slogan lainnya. Slogan
seperti itu efektif untuk meredakan rasa marah dan membuat pikiran lebih
jernih.
Sebisa mungkin untuk jangan pernah memukul anak karena membuat Anda nantinya
dihantui rasa bersalah. Selain itu sikap keras justru membuat anak berprilaku
lebih nakal lagi.
Loading...
Tulisan Terkait: