Cara Kendalikan Emosi Terhadap Prilaku Anak


Terkadang anak berprilaku buruk atau melakukan hal-hal yang membuat jengkel, alhasil emosi pun terpancing karenanya. Mengendalikan emosi memang bukan perkara mudah, tapi Anda harus berusaha. Saat emosi atau marah biasanya sulit untuk bisa berpikir jernih, sehingga usahakan jangan berkata atau bertindak apapun saat marah karena pasti hasilnya buruk dan akan berakhir pada penyesalan.

Rasa kasih sayang amat sangat diperlukan di dalam mengasuh anak, milikilah kasih sayang yang melimpah untuk anak Anda karena ia punya hak untuk mendapatkan kasih sayang dan perhatian dari orangtuanya. Rasa kasih sayang yang besar ini nantinya membuat orangtua bisa lebih sabar dan tenang dalam menghadapi prilaku anak.

Orangtua dan Anak
Photo credit: istockphoto.com|imtmphoto

Orangtua seharusnya memaklumi anak saat melakukan kesalahan tanpa sengaja. Jika kesalahannya tidak sengaja maka anak tidak boleh dimarahi, yang perlu orangtua lakukan adalah mengingatkan anak untuk lebih berhati-hati. Orangtua yang mengisi hatinya dengan limpahan kasih sayang untuk anaknya, maka dalam menegur atau menghukum adalah atas dasar kasih sayang, bukan karena emosi. 

Kesabaran menahan diri adalah hal yang wajib dimiliki semua orangtua, jangan sampai orangtua melakukan hal yang menyakiti fisik maupun hati anak. Anak memang telah melakukan kesalahan (entah sengaja atau tidak) tapi bukan berarti orangtua boleh melukai hati anak.

Bahkan ada sebagian orangtua yang sedang memiliki masalah ekonomi sehingga melampiaskan emosinya pada anak, ini sangat disayangkan. Dimana seorang anak lahir ke dunia karena keinginan kedua orangtuanya, ia saat lahir tidak tahu apa-apa. Justru anak yang seharusnya mendapatkan pengasuhan sebaik mungkin, itu haknya yang wajib dipenuhi orangtuanya.


Selain itu orangtua tidak boleh menimpakan beban pribadinya ke anaknya yang masih kecil, seorang anak harus tumbuh dengan rasa bahagia. Sangat aneh jika anak kecil diberikan beban orang dewasa.

Jaga akal tetap sehat. Ini yang harus diutamakan saat melihat anak melakukan hal buruk. Cobalah menarik napas dalam-dalam dan mengeluarkannya dengan tenang, sehingga membuat jiwa Anda lebih rileks. Jangan mengatakan atau bertindak apapun saat marah.

Pisahkan emosi dan tindakan, jangan bertindak saat emosi karena pasti membuat Anda menyesal. Sebagian orangtua yang emosional mengucapkan perkataan yang tak pantas pada anak, bahkan ada yang sampai memukul hingga anaknya terluka. Sebagai orangtua jangan sampai emosi menguasai diri karena membuat Anda terlihat seperti petasan yang mudah meledak.

Saat anak ngambek maka jangan buru-buru memarahinya, biasanya anak gampang ngambek karena ingin perhatian dan kasih sayang, berikan kebutuhan dasar itu padanya. Memarahi anak yang sedang ngambek justru membuatnya semakin menjadi-jadi, maka Anda sendiri yang repot jadinya.

Selain itu marah-marah juga akan membuang banyak energi, tidak ada untungnya memarahi anak. Lebih baik melakukan cara pendekatan, lakukan pembicaraan dari hati ke hati antara orangtua dan anak. Anak akan lebih menerima nasehat orangtuanya jika diperlakukan dengan lembut. Orang dewasa tentunya tidak suka diperlakukan kasar, demikian juga dengan anak-anak.


Cari tahu akar masalah. Dengan diketahuinya akar permasalahan maka menjadi lebih mudah bagi orangtua untuk mengatasi prilaku anak. Biasanya anak kecil ngambek atau berprilaku aneh karena ada keinginannya yang tidak terpenuhi. Nah orangtua tinggal mencari tahu, cobalah pelan-pelan meminta si kecil untuk mengutarakan keinginannya. 

Misalnya anak ngambek atau berprilaku buruk karena sebelumnya dilarang minum es padahal ia sedang sakit. Maka orangtua tinggal jelaskan minum es ketika sakit bisa menyebabkan sakit semakin parah. Bilang ke anak “kamu gak mau kan sakitnya makin parah dan lama sembuhnya”, setelah itu hiburlah anak dengan sesuatu sehingga ia melupakan minum es.

Jika emosi sudah memuncak. Saat emosi Anda sudah memuncak dan sulit mengontrol diri, maka cobalah duduk atau pergi beberapa meter ke tempat lain, secepat mungkin pergi sebelum Anda benar-benar melampiaskan puncak kemarahan pada si kecil. Rasa marah biasanya hanya bertahan beberapa menit, setelah itu kemarahan akan mereda dan emosi kembali stabil. Itulah asalan mengapa tindakan kemarahan hanya berakhir dengan penyesalan.

Rasa marah sebenarnya hanya berlangsung sebentar, sehingga tugas Anda adalah diam saat itu (untuk sementara waktu) setelah emosi stabil barulah berbicara. Sebisa mungkin jangan membentak apalagi memukul karena hal itu akan terus terekam dalam memori anak. Anak kecil sangat butuh perhatian, kasih sayang dan pemakluman dari orangtuanya.

Loading...

Beberapa alasan orangtua jangan membentak anak yaitu:
  1. Membentak anak justru membuat pesan yang ingin disampaikan orangtua tidak bisa diterima dengan jelas oleh anak.
  2. Anak akan tumbuh dengan diliputi rasa takut dan tidak aman.
  3. Anak kehilangan rasa percaya diri.
  4. Anak tumbuh menjadi pribadi yang tertutup dan mudah tertekan.
  5. Anak menjadi mudah cemas dan minder
  6. Anak beresiko tinggi mengalami depresi saat masa remaja maupun dewasa.
  7. Penelitian menunjukan bahwa anak yang sering dibentak cenderung lebih agresif secara fisik maupun verbal.
  8. Ingatan anak akan kejadian-kejadian di masa kecil melekat kuat hingga tumbuh dewasa, ia berpotensi mengalami trauma jangka panjang dan menjadi takut berinteraksi dengan orang lain. Ia juga tumbuh menjadi pribadi perfeksionis, hingga tidak ingin menikah dan menjadi orangtua.
  9. Anak dendam pada orangtuanya.

Anda mungkin sudah berusaha menahan diri, tapi tingkah anak yang menjengkelkan membuat Anda berkata kasar. Padahal anak-anak belum banyak mengetahui aturan berinteraksi sehingga wajar ia melakukan kekeliruan dalam bersikap. Sehingga jika Anda menganggap lebih mending membentak anak daripada memukul, maka ketahuilah membentak maupun memukul sama-sama BERBAHAYA. 

Saat Ayah dan Ibu membentak anak dengan kalimat-kalimat kasar dan wajah penuh amarah, sesuatu yang buruk akan terjadi pada mentalnya dan itu akan menjadi ingatan buruk yang terus membekas.


Untuk orangtua yang “hobi” marah, maka perlu merenungi “apakah saya benar-benar harus marah?” Jangan sampai Anda marah kepada anak karena masalah yang sebenarnya sepele. Sekalipun anak melakukan kesalahan fatal maka seharusnya orangtua menegur anak dengan berkomunikasi, beritahu anak tentang kesalahan-kesalahannya dengan komunikasi yang baik.

Respon kesalahan anak dengan cara memberikan teguran, itu adalah cara pertama dalam menangani permasalahan anak. Jadikan cara “memarahi” sebagai urutan paling terakhir. Selain itu pastikan Anda menenangi diri saat melihat anak berulah, sehingga Anda tidak naik pitam dan masih dapat mengontrol diri. Buatlah diri serileks mungkin sebelum merespon atau menegur anak, tarik napas dalam-dalam sehingga Anda menjadi tenang.

Selain itu kendalikan cara bicara, penelitian menunjukan semakin tenang kita berbicara maka semakin mudah untuk menenangkan perasaan diri sendiri.

Jika anak memang sering melakukan kesalahan maka orangtua harus AKTIF untuk sering mengajari anak, ajarilah anak tentang mana yang baik dan buruk, mana yang boleh dan tidak. Jika orangtua aktif mengedukasi anak, maka anak pun nantinya bisa lebih terhindar dari prilaku yang keliru. Ajari anak sopan santun dan etika, itu sangat penting

Buat slogan anti-marah di pikiran Anda. Masukan beberapa kalimat di pikiran yang nantinya “mengetuk” hati Anda untuk tidak meluapkan amarah secara membabi-buta. Ulangi slogan tersebut di pikiran hingga hafal dan masuk ke dalam hati, nantinya Anda mengingatnya disaat emosi mulai melanda jiwa Anda. 

Beberapa kalimat itu misalnya “Marah tidak akan membuat anak jadi mengerti”, “Marah justru membuat keadaan semakin parah”, “tetap tenang dan kendalikan situasi” dan slogan lainnya. Slogan seperti itu efektif untuk meredakan rasa marah dan membuat pikiran lebih jernih.

Sebisa mungkin untuk jangan pernah memukul anak karena membuat Anda nantinya dihantui rasa bersalah. Selain itu sikap keras justru membuat anak berprilaku lebih nakal lagi.

Loading...

Tulisan Terkait: