Bagaimana Cara Meningkatkan Kepercayaan Diri Anak?


Rasa percaya diri adalah hal yang harus dimiliki setiap orang. Oleh karena itu, sangat penting menanamkan rasa percaya diri pada anak sejak dini.

Tumbuh dengan rasa tidak percaya diri menyebabkan anak tidak merasa nyaman dengan masa kecilnya.

Anak-Anak Bekerja Sama
Anak-Anak Bekerja Sama | Photo credit: Stock.adobe.com

Tentunya Anda ingin agar anak Anda memiliki masa kecil yang bahagia, maka jadilah orangtua yang men-support anak, yang bisa menumbuhkan kepercayaan diri dalam jiwa anak.

Anak perlu percaya diri untuk membangun kesuksesannya di masa depan. Anak yang tidak percaya diri akan kesulitan bersaing dengan orang-orang di masa mendatang.

Hindari Suka Membentak Anak

Membentak anak, apalagi hanya karena anak melakukan kesalahan kecil, nantinya akan berdampak buruk pada psikologis anak.

Anak yang dibentak biasanya akan tumbuh menjadi sosok yang tidak percaya diri, anak selalu dihantui ketakutan, sehingga akan takut melakukan ini dan itu (takut mencoba).

Anak yang punya sifat takut mencoba, menyebabkan perkembangan dan pertumbuhannya terhambat (tidak berjalan dengan baik).

Anak seharusnya tumbuh dengan bahagia. Anak yang sering dibentak-bentak akan tumbuh dengan ketakutan, potensinya akan terhambat.

Hindari mengucapkan kalimat-kalimat buruk dan kasar yang bisa meruntuhkan mental anak. Selain itu jangan memberikan label buruk pada anak.

Tunjukkan rasa sayang pada anak. Anak yang mendapatkan rasa kasih sayang akan tumbuh dengan optimal.

Anak yang mendapatkan kasih sayang yang cukup umumnya memiliki rasa percaya diri yang baik. Sebaliknya, anak yang tumbuh di keluarga yang tidak harmonis umumnya memiliki masalah dengan rasa percaya diri.

Berikan Anak Tantangan (Kegiatan)

Memberikan anak kegiatan ternyata dapat menumbuhkan rasa percaya dirinya. Tidak perlu memberikan kegiatan yang besar, cukup berikan kegiatan yang sederhana.

Misalnya memberikan anak tugas rumah seperti menyapu, merapihkan benda-benda berserakan di lantai, dll.

Anak perlu diberikan kegiatan, jangan hanya seharian di depan TV atau gadget. Setelah anak selesai mengerjakan tugasnya, pastikan orangtua memberikan reward atau pujian, hal ini akan menambah rasa percaya diri dalam jiwa anak.

Setelah berhasil melewati tantangan (tugasnya), anak menjadi yakin pada kemampuannya sendiri.


Secara Perlahan, Ikutkan Anak pada Kegiatan yang Mengandalkan Kerja Sama Tim

Ajak anak pada kegiatan seperti itu, ini harus dilakukan pelan-pelan dan jangan memaksa anak.

Awalnya anak mungkin merasa tidak nyaman, tapi akan nyaman jika sudah terbiasa. Tapi ingat, jangan terlalu memaksa anak.

Orangtua bisa memasukan anak ke kegiatan ekstrakurikuler, jika anak tidak mau, maka rayu anak secara lembut dan berikan gambaran bahwa kegiatan tersebut menyenangkan.

Sebagai orangtua, carilah cara agar anak senang dan semangat untuk ikut kegiatan ekstrakurikuler tersebut.

Setelah anak masuk ke kegiatan tersebut, anak mungkin akan menemui beberapa masalah, peran orangtua adalah men-support anak, membantu anak dalam mengatasi masalahnya, serta memberikan motivasi agar anak senantiasa semangat untuk menjalani kegiatannya.

Terlibat dalam kegiatan yang mengandalkan kerja sama tim, membuat anak akan sering berinteraksi dengan teman-temannya. Ini sangat bagus dan akan mengasah rasa percaya dirinya.

Masukan anak pada kegiatan yang merupakan bakatnya sehingga hasilnya optimal, misalnya anak hobi bermain sepakbola, maka masukan anak ke sekolah klub sepakbola. Masing-masing anak memiliki bakatnya sendiri-sendiri.

Pastikan Anak Terlindungi dari Bahaya Bullying

Bullying sangatlah buruk karena membahayakan kejiwaan anak. Bullying tidak jarang terjadi di sekolah.

Bully adalah perilaku kekerasan fisik maupun mental, jangan sampai anak Anda menjadi korban bullying.

Jika anak sering diejek teman-temannya, berarti dia telah terkena bullying. Korban bullying bisa mengalami depresi, cemas, rendah diri dan gangguan mental lainnya.

Perhatikan apakah anak Anda menjadi korban bullying, tanda-tandanya bisa dilihat dari adanya perubahan tingkah laku anak, misalnya tidak semangat berangkat ke sekolah, tiba-tiba kehilangan teman atau menutup diri, sering terlihat stres, mengalami gangguan tidur.

Jika anak merupakan korban bullying, mulailah obrolan dengan cara yang lembut agar anak mau mengutarakan isi hatinya. Ajarkan anak bagaimana cara menghadapi mereka.

Jika kondisinya parah, orangtua perlu meminta bantuan kepada pihak terkait seperti guru, kepala sekolah, guru BP, hingga psikiater anak.

Orangtua bisa turun tangan dengan datang ke sekolah, lalu melaporkan kondisi yang dialami anak, maka pihak sekolah akan menanganinya secara langsung dan juga melaporkannya kepada orang tua dari pelaku bullying.

Loading...

Tulisan Terkait: