Anak kecil maupun orang dewasa bisa marah. Marahnya seorang anak kecil seringnya karena kurang diperhatikan atau cari perhatian. Anak yang mudah marah (termasuk cengeng) bisa membuat orang tua frustrasi dan jengekel.
Alih-alih menenangkan dan membantu mengendalikan amarah anak, justru seringnya orang tua melakukan kesalahan yang memperburuk keadaan, seperti balik memarahinya, menghukumnya dalam kondisi tidak tepat, hingga melakukan kekerasan fisik untuk sekadar membuat anak diam.
Ingatlah! Api tidak akan bisa padam dengan api. Sebagai orang tua harus berusaha memahami bahwa kemarahan yang pada anak sangat berbeda penyebabnya (dibandingkan orang dewasa).
Orang tua harus menjadi embun penyejuk bagi anak-anaknya yang sedang marah, hingga anak-anak akhirnya mampu untuk memahami kesalahannya sendiri, dan belajar teladan dari orang tuanya.
Beberapa hal yang menyebabkan anak mudah marah & memukul:
Tips mengatasi anak kecil yang suka marah dan memukul
1. Masalah makanan dan kesehatan
Masalah pertama yang perlu diperhatikan adalah hal yang dasar, orang tua perlu mengetahui kondisi fisik anak, apabila kondisi tubuhnya yang kurang baik seperti lapar, maka sangat wajar anak rewel.
Untuk mengatasinya tentu dengan mengajak anak makan, lebih baik orang tua dan anak makan bersama.
Selain itu, kemungkinan anak dalam keadaan sakit, sehingga disini akan diperlukan kepekaan orang tua untuk mengetahui kondisi kesehatan anak.
Jangan langsung kesal ketika anak marah-marah atau merengek, mungkin saja kondisi kesehatan anak kecil tersebut dalam keadaan yang kurang baik.
2. Tenangkan suasana dengan posisi tubuh
Ketika anak kecil marah yang tentunya dengan nada suara yang sangat tinggi, maka orang tua jangan ikut-ikutan untuk mengeluarkan suara dengan nada tinggi.
Karena justru akan memperkeruh suasana, dan sang anak akan menjadi lebih tinggi lagi nada suara marahnya atau menangisnya.
Adapun yang perlu dilakukan, orang tua harus bisa semaksimal mungkin untuk membuat kondisi dan suasana menjadi baik.
Hal yang paling bagus dilakukan ketika anak sedang marah, berusaha membuat posisi anak yang sedang berdiri menjadi posisi dalam keadaan duduk, atau bahkan dalam kondisi berbaring.
Manfaatnya agar urat-urat dan otot yang tegang bisa menjadi lebih kendur, dengan begitu akan memberikan pengaruh yang positif untuk jiwa anak agar menjadi lebih tenang.
Tentunya orang tua dalam “strategi” ini, melakukannya dengan lemah lembut. Bukan memaksa anak untuk duduk.
3. Anak marah karena suatu sebab
Untuk masalah ini, masuk ke masalah mental sang anak, mungkin sang anak sering emosional dan marah-marah karena mempunyai suatu masalah, seperti masalah di sekolahnya, diledek teman-temannya atau banyak masalah lainnya.
Untuk itu amatlah bijak apabila orang tua perlu untuk mencari tahu tentang keadaan sosial dari sang anak, sehingga setelah itu orang tua bisa mencari solusinya.
8. Jangan lupa sering-sering peluk sang anak
Kemarahan seorang anak tidak jarang karena kesalahan fatal dari orang tua sendiri, karena kurangnya kasih sayang dan perhatian dari orang tuanya.
Di jaman sekarang yang ‘katanya’ modern ini, seringkali anak tumbuh semakin besar dalam kondisi orang tuanya yang sibuk bekerja, sehingga kedekatan anak dengan orang tuanya bisa berangsur-angsur hilang.
Sehingga, sang anak merasa tidak disayangi oleh orang tuanya, alhasil tidak jarang ditemukan di jaman sekarang anak-anak yang tidak berbakti kepada orang tuanya.
Maka dari itu, sejak anak kecil, pelukan dan belaian kasih sayang dari orang tuanya untuk anak sangat penting, karena anak sangat mengharapkannya. Peluklah dan ciumlah anak dengan tulus, hal ini terbukti ampuh untuk menenangkan perasaam anak.
9. Berikan larangan dan penjelasan yang logis
Anak-anak biasanya belum memiliki kemampuan dan keberanian untuk berdebat dengan orang tuanya, seperti ketika mereka ingin sekali melakukan sesuatu tetpai orang tua melarangnya.
Hal ini bisa memicu rasa frustasi anak sehingga meluapkannya dengan marah dan ngambek. Kata-kata jangan, tidak, tidak boleh, dsb sebenarnya boleh-boleh saja, tetapi jika terlalu sering bisa berdampak anak merasa tidak dipercayai dan dibatasi ruang geraknya.
Sehingga, orang tua wajib bijak, orang tua harus mampu memberikan alasan yang logis kepada anak tentang sebuah larangan yang dilakukan, hendaknya orang tua tidak meremehkan anak ketika meminta suatu penjelasan.
Ketika akan akan melakukan sesuatu yang dapat membahayakan dirinya, maka orang tua tinggal melarangnya, lalu menjelaskan resiko-resiko yang terjadi jika dia memaksa untuk melakukan hal berbahaya tersebut.
10. Orang tua memberikan teladan
Penting untuk mengethahui, bahwa orang tua sebagai teladan bagi anak-anaknya.Apabila orang tua dalam kesehariannya juga sering marah-marah, emosinya sering meluap-luap.
Tentunya anak akan ikut ‘sifat’ orang tuanya tersebut, sang anak akan tumbuh menjadi sosok yang suka marah-marah dan emosinya meluap-luap.
Untuk itu, bagi orang tua yang ingin melihat anak-anaknya mampu mengendalikan emosi mereka, tidak mudah marah dan tidak mudah ngambek, maka orang tua juga perlu melatih diri menjadi sosok yang tenang dan mampu mengendalikan emosi.
11. Lakukan pendekatan pada anak
Saat anak marah dan rewel, menanggapinya dengan keras dan emosional tidaklah dapat menyelesaikan masalah, hal itu justru membuat anak rewel, bahkan teriakannya lebih kencang lagi.
Juga saat anak rewel di depan umum, orang tua mungkin sedikit kerepotan. Hal yang perlu dilakukan adalah melakukan pendekatan pada anak secara halus.
Buatlah anak mengerti. Memberikan penjelasan yang baik dan lembut lebih efektif, dibandingkan orang tua melakukan sikap keras untuk menyuruh anak diam.
12. Salurkan hobi anak
Setiap anak sebenarnya memiliki bakat tertentu. Orang tua perlu melihat hal ini secara cerdas. Mislanya, ketika buah hati suka mencoret-coret di atas kertas, maka cobalah memasukkan sang anak ke tempat sanggar melukis.
Anak-anak memang biasanya ingin selalu bergerak dan mencari keasyikan yang di ingin lakukan. Untuk itulah, orang tua perlu memahami hal ini, guna mengarahkan anak kepada hal-hal positif yang dia sukai.
Hal ini akan bermanfaat agar emosi mereka bisa diarahkan kepada hal-hal yang positif, sehingga meminimalisir hal-hal negatif yang timbul dalam diri anak, karena rasa marah, bosan, sedih, dan kondisi buruk lainnya.
13. Jadilah orang tua yang bijak
Orang tua haruslah peka terhadap buah hatinya, untuk melakukan hal terbaik yang bermanfaat bagi sang anak. Tidak jarang, hal-hal yang disukai anak ternyata bukan hal yang baik.
Disinilah sering terjadi kesalah-pahaman antara orang tua dan anak. Perlu menjalin komunikasi yang baik dan berkualtias supaya pilihan orang tua dan anak bisa selaras.
Itu artinya, orang tua perlu memberikan waktu dan kebersamaan yang cukup untuk anak. Orang tua yang sibuk bekerja dari jam 6 pagi hingga pulang jam 9 malam bukanlah orang tua yang bijak.
Orang tua juga perlu meningkatkan kualitas kebersamaan dengan sang anak, sehingga terjalin hubungan dan komunkasi yang berkualitas dan bermanfaat bagi anak.
Dengan kedekatan, maka Anda dapat semakin memahami sang buah hati. Pemikiran Anda dengan sang buah hati bisa menyatu, sehinga dapat mencegah terjadinya kesalahpahaman diantara kedua belah pihak.
Dengan kedekatan orang tua dan anak, maka orang tua dapat lebih mudah untuk menasehati anak, dan anak lebih mudah menerimanya.
14. Jangan mempermalukan anak di depan umum
Mempermalukan anak di depan orang banyak adalah kesalahan yang fatal. Selain membuat anak akan membeci atas tidakan orang tuanya, sang anak juga akan menjadi tidak percaya diri.
Saat menasehati anak, maka nasehatilah di tempat yang rahasia dan dengan suara yang lemah lembut. Adapun menasehati anak, apalagi marah-marah kepada anak di tempat yang banyak orang, sama saja dengan mempermalukannya.
Akibat buruk dari mempermalukan anak di tempat umum, berarti secara tidak langsung orang tua mengajarkan kepada anak bahwa mempermalukan orang lain di tempat umum adalah sesuatu yang boleh.
15. Cari saat yang tepat untuk menasehati
Cara yang tepat untuk memberikan nesehat kepada anak, misalnya saat mengajak anak untuk jalan-jalan. Setelah dia merasa senang, dan juga merasa lapar, maka ajak untuk mengajak makan bersama.
Pada saat seperti itu, orang tua bisa mengobrol, mengatakan hal-hal yang bermanfaat untuk sang anak. Saat itu menjadi suasana yang sangat baik untuk memberikan nasehat pada anak, dan biasanya efektif, sang anak akan menerimanya dan mempratekannya dalam kehidupannya dari nasehat yang Anda berikan.
16. Lihat diri kita sendiri
Terkadang orang tua tidak menyadari bahwa anak memiliki sifat yang keras kepala, penyebabnya adalah orang tua sendiri.
Orang tua yang juga memiliki sifat yang keras, susah dinasehati, dll maka dapat saja sifat tersebut menular pada diri anak.
Hal itu karena anak akan melihat hal tersebut dari oang tuanya setiap harinya, yang tentunya lama kelamaan sang anak akan menirunya.
Jika orang tua memiliki sifat tidak mau mendengarkan orang lain, maka anak juga dapat saja memiliki sifat seperti itu, sehingga saat dinasehati maka anak tidak mau mendengarkannya.
17. Kasih sayang dan perhatian pada anak
Kebutuhan seorang anak sebenarnya tidaklah banyak. Mereka sebenarnya hanya menginginkan perhatian dan kasih sayang dari orang tuanya.
Dan kasih sayang dan perhatian ini sebenarnya sudah cukup untuk meminimalisir kebutuhan anak-anak pada “materi”.
Saat anak rewel untuk minta ini itu, mudah merengek, dan cepat bosan terhadap apa yang dia beli, sebenarnya hal itu adalah sebuah ungkapan bagian hati mereka yang kosong.
Hati yang kosong ini karena kurangnya kasih sayang dan kehangatan yang ada di dalam sebuah keluarga, ayah bunda sibuk bekerja sehingga “mencueki” sang anak.
18. Jangan memukul balik
Bagi sebagian orangtua, memukul dinilai menjadi tindakan yang tepat untuk mendisiplinkan si kecil, ini salah besar!.
Memukul atau bahkan menampar wajah anak yang masih kecil mengakibatkan dampak psikologis yang parah bagi sang anak.
Akan banyak akibat buruk dari orang tua yang lebih memilih cara kekerasan dibandingkan cara lemah lembut, yaitu:
19. Cari tahu apa pemicunya
Bila anak sering memukul, perhatikan apa pemicunya. Apakah dia melakukan itu karena tubuhnya yang lelah atau kurang sehat, anak sedang bosan, lapar, dll.
Atau penyebab lainnya karena terpengaruh oleh kondisi lingkungan atau orang-orang disekitarnya, utamanya karena teman bermainnya yan buruk.
Untuk itu orang tua perlu memproteksinya, seperti memilihkan teman-teman yang baik untuk sang anak, atau orang tua masuk secara perlahan dan hati-hati ke lingkungan pergaulan anak, guna memberikan pengaruh positif pada anak dan teman-temannya.
20. Jangan biarkan anak ketika mulai menunjukan sifar agresif pada ayah bunda, perlu memberikan pemahaman bahwa yang telah dia lakukan telah menyakiti ayah bunda.
Sampaikan kepadanya (sesuai nalarnya) bahwa tidakan memukul sepeti itu adalah hal yang tidak baik.
21. Ayah bunda bisa melakukan hukuman non-fisik jika si kecil yang memukul ayah bunda ataupun orang lain, misalnya dengan cara memutus sementara perhatian pada si buah hati.
Hal ini bertujuan untuk memberi tahunya bahwa ayah bunda marah dan tidak suka dengan tindakan memukil seperti itu.
Setelah agak lama dan si kecil mulai tenang, maka dekati dan peluk si kecil, berikan penjelasan bahwa ayah bunda tadi marah karena dipukul, ajarkan dia agar minta maaf dan berjanji tidak mengulangi perbuatan memukul seperti itu.
22. Berikan contoh sikap tenang pada anak. Dimana anak mempelajari sesuatu dari apa yang dilihat dan dengarnya, sehingga penting untuk mencontohkan sikap tenang didepannya.
Apabila lingkungan di sekitarnya suka marah-marah, maka anak akan menganggap bahwa sifat sua marah-marah adalah hal yang wajar.
23. Saat di tempat umum, ushakan tetap tenang. Ayah bunda harus berusaha untuk tidak menunjukkan kemarahannya pada anak di depan banyak orang, karena bisa membuat anak semakin menunjukkan rasa marahnya.
Memarahi anak ditempat umum malah membuat anak semakin parah sikap dan ngambenknya, lbih baik bawa anak ke tempat yang lebih sepi, biarkan anak hingga tenang lalu baru berikan nasihat pada anak..
Alih-alih menenangkan dan membantu mengendalikan amarah anak, justru seringnya orang tua melakukan kesalahan yang memperburuk keadaan, seperti balik memarahinya, menghukumnya dalam kondisi tidak tepat, hingga melakukan kekerasan fisik untuk sekadar membuat anak diam.
Ingatlah! Api tidak akan bisa padam dengan api. Sebagai orang tua harus berusaha memahami bahwa kemarahan yang pada anak sangat berbeda penyebabnya (dibandingkan orang dewasa).
Orang tua harus menjadi embun penyejuk bagi anak-anaknya yang sedang marah, hingga anak-anak akhirnya mampu untuk memahami kesalahannya sendiri, dan belajar teladan dari orang tuanya.
Beberapa hal yang menyebabkan anak mudah marah & memukul:
- Anak menginginkan sesuatu, tetapi dia merasa kurang mendapatkan respon dari orang tuanya.
- Anak merasa cemburu, misalnya ketika punya adik bayi, maka dirinya menganggap sang adik sudah merampas perhatian ayah bunda.
- Sang anak meniru anak lainnya atau bahkan orang dewasa, hal ini termasuk dari tontonan yang ada di televisi, yang mempertontonkan adegan kekerasan.
- Anak terlalu sering dikritik, dimarahi, dan dihukum sehingga memicu karakter memberontak dan agresif pada sang anak.
- Anak belum mengerti bahwa perbuatan memukul, menendang, dll dapat menyakiti dan melukai orang lain.
- Anak memang dalam kondisi kesulitan untuk memahami situasi, karena mengalami gangguan fisik ataupun mental.
- Anak memiliki kengintahuan dan kemauan yang kuat untuk melakukan sesuatu, tetapi kemampuannya tidak sekuat dengan keinginannya. Kondisi seperti ini membuat anak menjadi frustasi dan kesal, yang kemudian diekspresikan berupa marah-marah.
- Anak dalam kondisi yang sangat lelah atau lapar.
Tips mengatasi anak kecil yang suka marah dan memukul
1. Masalah makanan dan kesehatan
Masalah pertama yang perlu diperhatikan adalah hal yang dasar, orang tua perlu mengetahui kondisi fisik anak, apabila kondisi tubuhnya yang kurang baik seperti lapar, maka sangat wajar anak rewel.
Untuk mengatasinya tentu dengan mengajak anak makan, lebih baik orang tua dan anak makan bersama.
Selain itu, kemungkinan anak dalam keadaan sakit, sehingga disini akan diperlukan kepekaan orang tua untuk mengetahui kondisi kesehatan anak.
Jangan langsung kesal ketika anak marah-marah atau merengek, mungkin saja kondisi kesehatan anak kecil tersebut dalam keadaan yang kurang baik.
2. Tenangkan suasana dengan posisi tubuh
Ketika anak kecil marah yang tentunya dengan nada suara yang sangat tinggi, maka orang tua jangan ikut-ikutan untuk mengeluarkan suara dengan nada tinggi.
Karena justru akan memperkeruh suasana, dan sang anak akan menjadi lebih tinggi lagi nada suara marahnya atau menangisnya.
Adapun yang perlu dilakukan, orang tua harus bisa semaksimal mungkin untuk membuat kondisi dan suasana menjadi baik.
Hal yang paling bagus dilakukan ketika anak sedang marah, berusaha membuat posisi anak yang sedang berdiri menjadi posisi dalam keadaan duduk, atau bahkan dalam kondisi berbaring.
Manfaatnya agar urat-urat dan otot yang tegang bisa menjadi lebih kendur, dengan begitu akan memberikan pengaruh yang positif untuk jiwa anak agar menjadi lebih tenang.
Tentunya orang tua dalam “strategi” ini, melakukannya dengan lemah lembut. Bukan memaksa anak untuk duduk.
3. Anak marah karena suatu sebab
Untuk masalah ini, masuk ke masalah mental sang anak, mungkin sang anak sering emosional dan marah-marah karena mempunyai suatu masalah, seperti masalah di sekolahnya, diledek teman-temannya atau banyak masalah lainnya.
Untuk itu amatlah bijak apabila orang tua perlu untuk mencari tahu tentang keadaan sosial dari sang anak, sehingga setelah itu orang tua bisa mencari solusinya.
4. Rajin mendengarkan keluhan dari Anak
Hal ini mungkin yang sangat sering dilalaikan para orang tua, sifat seorang anak kecil adalah ingin diperhatikan.
Sehingga, ketika anak marah, orang tua jangan ikut-ikutan marah, justru orang tua harus mau dan rajin untuk mendengarkan keluhan-keluhan dari sang anak.
Dengan berkata lembut maka kemungkinan besar anak akan mengemukakan keluhan dan alasan-alasan kenapa dirinya marah.
Sebaliknya apabila orang tua malah “ikut-ikutan” marah ketika anak sedang marah, bahkan tidak memberikan kesempatan sang anak untuk mengemukakan alasannya, justru akan membuat sang anak menjadi frustasi, dan mungkin kemarahan sang anak “akan meningkat” dibanding sebelumnya.
5. Cari saat yang tepat untuk memberi nasehat.
Orang tua harus berusaha untuk mencari saat yang tepat untuk memberikan nasehat kepada sang anak. Walaupun sudah memberikan nasehat kepada anak dengan cara yang lemah lembut, akan tetapi tidak selalu sang anak akan menerimanya.
Tentunya yang diharapkan, ketika orang tua memberikan nasehat secara lemah lembut kepada sang anak, maka anak akan langsung menerimanya dengan senang hati.
Tetapi jika sang anak tidak menerimanya, maka cari kondisi yang terbaik untuk memberikan nasehat kepada anak.
Sebenarnya jika orang tua sering memberikan kasih sayangnya kepada sang anak (yang masih sangat polos) maka semua nasehat orang tua yang diucapkan secara lembut, anak akan menerimanya dengan senang hati.
Memberikan perhatian kepada anak merupakan bagian dari kasih sayang yang sangat besar. Jawablah pertanyaan dari sang anak dengan nada bicara yang tidak meremehkan. Dengan begitu juga anak bisa menjadi percaya diri, kurangnya percaya diri yang dialami anak juga bisa menjadi faktor anak suka marah-marah, dan lebih parahnya jika hal ini terus berlanjut dalam waktu lama.
6. Peka mengenali perasaan anak
Seorang anak yang dalam masa pertumbuhan memiliki keingintahuan dan kemauan yang kuat untuk melakukan sesuatu, akan tetapi seringkali kemampuannya tidak sekuat dengan keinginannya.
Permasalahan ini dapat membuatnya frustasi dan kesal, yang setelah itu diungkapkan dengan marah-marah. Sehingga penting bagi orang tua untuk belajar memahami perasaan dan kebiasaan sang anak.
Kenali kesukaan dari anak, hobinya, pahami apa yang ingin dan tidak ingin dia lakukan, ketahui jadwal jam tidurnya, dsb.
Dengan mengetahui kebiasaan, kesukaan dan hobi sang anak, orang tua sebenarnya dapat lebih mudah untuk mengganli potensi anak. Dalam memiliki kegiatan untuk anak, utamakan memilih yang disukai anak.
Hindari memaksakan sesuatu yang tidak dusukai anak, seperti memaksakan anak untuk masuk ke sekolah futsal, pahadal anak tidak menyukainya, maka jangan memaksakannya.
Hal ini mungkin yang sangat sering dilalaikan para orang tua, sifat seorang anak kecil adalah ingin diperhatikan.
Sehingga, ketika anak marah, orang tua jangan ikut-ikutan marah, justru orang tua harus mau dan rajin untuk mendengarkan keluhan-keluhan dari sang anak.
Dengan berkata lembut maka kemungkinan besar anak akan mengemukakan keluhan dan alasan-alasan kenapa dirinya marah.
Sebaliknya apabila orang tua malah “ikut-ikutan” marah ketika anak sedang marah, bahkan tidak memberikan kesempatan sang anak untuk mengemukakan alasannya, justru akan membuat sang anak menjadi frustasi, dan mungkin kemarahan sang anak “akan meningkat” dibanding sebelumnya.
Loading...
5. Cari saat yang tepat untuk memberi nasehat.
Orang tua harus berusaha untuk mencari saat yang tepat untuk memberikan nasehat kepada sang anak. Walaupun sudah memberikan nasehat kepada anak dengan cara yang lemah lembut, akan tetapi tidak selalu sang anak akan menerimanya.
Tentunya yang diharapkan, ketika orang tua memberikan nasehat secara lemah lembut kepada sang anak, maka anak akan langsung menerimanya dengan senang hati.
Tetapi jika sang anak tidak menerimanya, maka cari kondisi yang terbaik untuk memberikan nasehat kepada anak.
Sebenarnya jika orang tua sering memberikan kasih sayangnya kepada sang anak (yang masih sangat polos) maka semua nasehat orang tua yang diucapkan secara lembut, anak akan menerimanya dengan senang hati.
Memberikan perhatian kepada anak merupakan bagian dari kasih sayang yang sangat besar. Jawablah pertanyaan dari sang anak dengan nada bicara yang tidak meremehkan. Dengan begitu juga anak bisa menjadi percaya diri, kurangnya percaya diri yang dialami anak juga bisa menjadi faktor anak suka marah-marah, dan lebih parahnya jika hal ini terus berlanjut dalam waktu lama.
6. Peka mengenali perasaan anak
Seorang anak yang dalam masa pertumbuhan memiliki keingintahuan dan kemauan yang kuat untuk melakukan sesuatu, akan tetapi seringkali kemampuannya tidak sekuat dengan keinginannya.
Permasalahan ini dapat membuatnya frustasi dan kesal, yang setelah itu diungkapkan dengan marah-marah. Sehingga penting bagi orang tua untuk belajar memahami perasaan dan kebiasaan sang anak.
Kenali kesukaan dari anak, hobinya, pahami apa yang ingin dan tidak ingin dia lakukan, ketahui jadwal jam tidurnya, dsb.
Dengan mengetahui kebiasaan, kesukaan dan hobi sang anak, orang tua sebenarnya dapat lebih mudah untuk mengganli potensi anak. Dalam memiliki kegiatan untuk anak, utamakan memilih yang disukai anak.
Hindari memaksakan sesuatu yang tidak dusukai anak, seperti memaksakan anak untuk masuk ke sekolah futsal, pahadal anak tidak menyukainya, maka jangan memaksakannya.
7. Jalin komunikasi yang baik dengan anak
Tidak jarang komunikasi terjalin kurang baik antara orang tua dan anak, sehingga saat anak ingin menyampaikan sesuatu yang terpendam di dalam hatinya kepada orang tuanya, sang anak mengalami kesulitan untuk melakukannya.
Sebagai bentuk kekesalan hatinya, maka sang anak mengungkapkan protes kepada orang tuanya dengan cara marah, ngambek, merusak barang, hingga memukul.
Sehingga penting untuk membangun hubungan komunikasi yang hangat antara orang tua dan anak. Jangan sampai jarak antara orang tua dan anak terlalu jauh.
Buatlah anak senyaman mungkin untuk menyampaikan unek-uneknya, jangan sampai sebagai orang tua justru melakukan tindakan yang membuat anak malu untuk menyampaikan masalah yang dihadapinya.
Tidak jarang komunikasi terjalin kurang baik antara orang tua dan anak, sehingga saat anak ingin menyampaikan sesuatu yang terpendam di dalam hatinya kepada orang tuanya, sang anak mengalami kesulitan untuk melakukannya.
Sebagai bentuk kekesalan hatinya, maka sang anak mengungkapkan protes kepada orang tuanya dengan cara marah, ngambek, merusak barang, hingga memukul.
Sehingga penting untuk membangun hubungan komunikasi yang hangat antara orang tua dan anak. Jangan sampai jarak antara orang tua dan anak terlalu jauh.
Buatlah anak senyaman mungkin untuk menyampaikan unek-uneknya, jangan sampai sebagai orang tua justru melakukan tindakan yang membuat anak malu untuk menyampaikan masalah yang dihadapinya.
8. Jangan lupa sering-sering peluk sang anak
Kemarahan seorang anak tidak jarang karena kesalahan fatal dari orang tua sendiri, karena kurangnya kasih sayang dan perhatian dari orang tuanya.
Di jaman sekarang yang ‘katanya’ modern ini, seringkali anak tumbuh semakin besar dalam kondisi orang tuanya yang sibuk bekerja, sehingga kedekatan anak dengan orang tuanya bisa berangsur-angsur hilang.
Sehingga, sang anak merasa tidak disayangi oleh orang tuanya, alhasil tidak jarang ditemukan di jaman sekarang anak-anak yang tidak berbakti kepada orang tuanya.
Maka dari itu, sejak anak kecil, pelukan dan belaian kasih sayang dari orang tuanya untuk anak sangat penting, karena anak sangat mengharapkannya. Peluklah dan ciumlah anak dengan tulus, hal ini terbukti ampuh untuk menenangkan perasaam anak.
9. Berikan larangan dan penjelasan yang logis
Anak-anak biasanya belum memiliki kemampuan dan keberanian untuk berdebat dengan orang tuanya, seperti ketika mereka ingin sekali melakukan sesuatu tetpai orang tua melarangnya.
Hal ini bisa memicu rasa frustasi anak sehingga meluapkannya dengan marah dan ngambek. Kata-kata jangan, tidak, tidak boleh, dsb sebenarnya boleh-boleh saja, tetapi jika terlalu sering bisa berdampak anak merasa tidak dipercayai dan dibatasi ruang geraknya.
Sehingga, orang tua wajib bijak, orang tua harus mampu memberikan alasan yang logis kepada anak tentang sebuah larangan yang dilakukan, hendaknya orang tua tidak meremehkan anak ketika meminta suatu penjelasan.
Ketika akan akan melakukan sesuatu yang dapat membahayakan dirinya, maka orang tua tinggal melarangnya, lalu menjelaskan resiko-resiko yang terjadi jika dia memaksa untuk melakukan hal berbahaya tersebut.
10. Orang tua memberikan teladan
Penting untuk mengethahui, bahwa orang tua sebagai teladan bagi anak-anaknya.Apabila orang tua dalam kesehariannya juga sering marah-marah, emosinya sering meluap-luap.
Tentunya anak akan ikut ‘sifat’ orang tuanya tersebut, sang anak akan tumbuh menjadi sosok yang suka marah-marah dan emosinya meluap-luap.
Untuk itu, bagi orang tua yang ingin melihat anak-anaknya mampu mengendalikan emosi mereka, tidak mudah marah dan tidak mudah ngambek, maka orang tua juga perlu melatih diri menjadi sosok yang tenang dan mampu mengendalikan emosi.
11. Lakukan pendekatan pada anak
Saat anak marah dan rewel, menanggapinya dengan keras dan emosional tidaklah dapat menyelesaikan masalah, hal itu justru membuat anak rewel, bahkan teriakannya lebih kencang lagi.
Juga saat anak rewel di depan umum, orang tua mungkin sedikit kerepotan. Hal yang perlu dilakukan adalah melakukan pendekatan pada anak secara halus.
Buatlah anak mengerti. Memberikan penjelasan yang baik dan lembut lebih efektif, dibandingkan orang tua melakukan sikap keras untuk menyuruh anak diam.
12. Salurkan hobi anak
Setiap anak sebenarnya memiliki bakat tertentu. Orang tua perlu melihat hal ini secara cerdas. Mislanya, ketika buah hati suka mencoret-coret di atas kertas, maka cobalah memasukkan sang anak ke tempat sanggar melukis.
Anak-anak memang biasanya ingin selalu bergerak dan mencari keasyikan yang di ingin lakukan. Untuk itulah, orang tua perlu memahami hal ini, guna mengarahkan anak kepada hal-hal positif yang dia sukai.
Hal ini akan bermanfaat agar emosi mereka bisa diarahkan kepada hal-hal yang positif, sehingga meminimalisir hal-hal negatif yang timbul dalam diri anak, karena rasa marah, bosan, sedih, dan kondisi buruk lainnya.
13. Jadilah orang tua yang bijak
Orang tua haruslah peka terhadap buah hatinya, untuk melakukan hal terbaik yang bermanfaat bagi sang anak. Tidak jarang, hal-hal yang disukai anak ternyata bukan hal yang baik.
Disinilah sering terjadi kesalah-pahaman antara orang tua dan anak. Perlu menjalin komunikasi yang baik dan berkualtias supaya pilihan orang tua dan anak bisa selaras.
Itu artinya, orang tua perlu memberikan waktu dan kebersamaan yang cukup untuk anak. Orang tua yang sibuk bekerja dari jam 6 pagi hingga pulang jam 9 malam bukanlah orang tua yang bijak.
Orang tua juga perlu meningkatkan kualitas kebersamaan dengan sang anak, sehingga terjalin hubungan dan komunkasi yang berkualitas dan bermanfaat bagi anak.
Dengan kedekatan, maka Anda dapat semakin memahami sang buah hati. Pemikiran Anda dengan sang buah hati bisa menyatu, sehinga dapat mencegah terjadinya kesalahpahaman diantara kedua belah pihak.
Dengan kedekatan orang tua dan anak, maka orang tua dapat lebih mudah untuk menasehati anak, dan anak lebih mudah menerimanya.
14. Jangan mempermalukan anak di depan umum
Mempermalukan anak di depan orang banyak adalah kesalahan yang fatal. Selain membuat anak akan membeci atas tidakan orang tuanya, sang anak juga akan menjadi tidak percaya diri.
Saat menasehati anak, maka nasehatilah di tempat yang rahasia dan dengan suara yang lemah lembut. Adapun menasehati anak, apalagi marah-marah kepada anak di tempat yang banyak orang, sama saja dengan mempermalukannya.
Akibat buruk dari mempermalukan anak di tempat umum, berarti secara tidak langsung orang tua mengajarkan kepada anak bahwa mempermalukan orang lain di tempat umum adalah sesuatu yang boleh.
15. Cari saat yang tepat untuk menasehati
Cara yang tepat untuk memberikan nesehat kepada anak, misalnya saat mengajak anak untuk jalan-jalan. Setelah dia merasa senang, dan juga merasa lapar, maka ajak untuk mengajak makan bersama.
Pada saat seperti itu, orang tua bisa mengobrol, mengatakan hal-hal yang bermanfaat untuk sang anak. Saat itu menjadi suasana yang sangat baik untuk memberikan nasehat pada anak, dan biasanya efektif, sang anak akan menerimanya dan mempratekannya dalam kehidupannya dari nasehat yang Anda berikan.
16. Lihat diri kita sendiri
Terkadang orang tua tidak menyadari bahwa anak memiliki sifat yang keras kepala, penyebabnya adalah orang tua sendiri.
Orang tua yang juga memiliki sifat yang keras, susah dinasehati, dll maka dapat saja sifat tersebut menular pada diri anak.
Hal itu karena anak akan melihat hal tersebut dari oang tuanya setiap harinya, yang tentunya lama kelamaan sang anak akan menirunya.
Jika orang tua memiliki sifat tidak mau mendengarkan orang lain, maka anak juga dapat saja memiliki sifat seperti itu, sehingga saat dinasehati maka anak tidak mau mendengarkannya.
17. Kasih sayang dan perhatian pada anak
Kebutuhan seorang anak sebenarnya tidaklah banyak. Mereka sebenarnya hanya menginginkan perhatian dan kasih sayang dari orang tuanya.
Dan kasih sayang dan perhatian ini sebenarnya sudah cukup untuk meminimalisir kebutuhan anak-anak pada “materi”.
Saat anak rewel untuk minta ini itu, mudah merengek, dan cepat bosan terhadap apa yang dia beli, sebenarnya hal itu adalah sebuah ungkapan bagian hati mereka yang kosong.
Hati yang kosong ini karena kurangnya kasih sayang dan kehangatan yang ada di dalam sebuah keluarga, ayah bunda sibuk bekerja sehingga “mencueki” sang anak.
18. Jangan memukul balik
Bagi sebagian orangtua, memukul dinilai menjadi tindakan yang tepat untuk mendisiplinkan si kecil, ini salah besar!.
Memukul atau bahkan menampar wajah anak yang masih kecil mengakibatkan dampak psikologis yang parah bagi sang anak.
Akan banyak akibat buruk dari orang tua yang lebih memilih cara kekerasan dibandingkan cara lemah lembut, yaitu:
- Pertama yan jelas adalah menyakiti anak
- Membuat anak tidak percaya diri
- Anak menganggap bahwa dirinya selalu salah
- Anak menjadi dendam dan benci pada orang tuanya
- Anak akan tumbuh menjadi sosok yang emosional.
- Menurunkan kepekaan anak terhadap kondisi sosial di lingkungan.
- Sifat peduli anak akan berkurang, dll
19. Cari tahu apa pemicunya
Bila anak sering memukul, perhatikan apa pemicunya. Apakah dia melakukan itu karena tubuhnya yang lelah atau kurang sehat, anak sedang bosan, lapar, dll.
Atau penyebab lainnya karena terpengaruh oleh kondisi lingkungan atau orang-orang disekitarnya, utamanya karena teman bermainnya yan buruk.
Untuk itu orang tua perlu memproteksinya, seperti memilihkan teman-teman yang baik untuk sang anak, atau orang tua masuk secara perlahan dan hati-hati ke lingkungan pergaulan anak, guna memberikan pengaruh positif pada anak dan teman-temannya.
20. Jangan biarkan anak ketika mulai menunjukan sifar agresif pada ayah bunda, perlu memberikan pemahaman bahwa yang telah dia lakukan telah menyakiti ayah bunda.
Sampaikan kepadanya (sesuai nalarnya) bahwa tidakan memukul sepeti itu adalah hal yang tidak baik.
21. Ayah bunda bisa melakukan hukuman non-fisik jika si kecil yang memukul ayah bunda ataupun orang lain, misalnya dengan cara memutus sementara perhatian pada si buah hati.
Hal ini bertujuan untuk memberi tahunya bahwa ayah bunda marah dan tidak suka dengan tindakan memukil seperti itu.
Setelah agak lama dan si kecil mulai tenang, maka dekati dan peluk si kecil, berikan penjelasan bahwa ayah bunda tadi marah karena dipukul, ajarkan dia agar minta maaf dan berjanji tidak mengulangi perbuatan memukul seperti itu.
22. Berikan contoh sikap tenang pada anak. Dimana anak mempelajari sesuatu dari apa yang dilihat dan dengarnya, sehingga penting untuk mencontohkan sikap tenang didepannya.
Apabila lingkungan di sekitarnya suka marah-marah, maka anak akan menganggap bahwa sifat sua marah-marah adalah hal yang wajar.
23. Saat di tempat umum, ushakan tetap tenang. Ayah bunda harus berusaha untuk tidak menunjukkan kemarahannya pada anak di depan banyak orang, karena bisa membuat anak semakin menunjukkan rasa marahnya.
Memarahi anak ditempat umum malah membuat anak semakin parah sikap dan ngambenknya, lbih baik bawa anak ke tempat yang lebih sepi, biarkan anak hingga tenang lalu baru berikan nasihat pada anak..
Loading...
Tulisan Terkait: