Anak selalu ingin terlihat WOW di hadapan sepupu maupun teman-temannya
sehingga suka memperlihatkan barang-barang baru miliknya agar mendapatkan
pujian dan sanjungan.
“Ah tapi mainan mobil punya kamu kecil, mobil punya aku dong lebih
besar.”
Atau anak berkata:
“Mama, mainanku lebih bagus dari dia, mainan dia jelek banget”.
Sifat dan kebiasaan seperti itu perlu diatasi. Sebenarnya tidak masalah jika
hanya terjadi sesekali, tapi jika terus-terusan terjadi sehingga menjadi
kebiasaan si anak, dalam jangka panjang bisa menyebabkan masalah serius
terhadap karakter anak. Si anak menjadi sombong, angkuh, suka meremehkan orang
lain dll.
Jika anak punya karakter buruk seperti itu maka teman-temannya akan
menjauhinya, alhasil anak bisa-bisa tidak punya teman. Jangan dibiasakan anak
suka pamer atau menyombongkan diri dengan yang dimilikinya. Sesekali mungkin
tidak masalah tapi jangan sampai kebablasan, arahkan hati dan pikiran anak
menuju hal yang positif.
Anak-anak biasanya suka pamer, jadi Bunda hanya perlu mengontrolnya agar tidak
kelewat batas. Biasanya anak mulai sering pamer saat usianya mencapai 5 atau 6
tahun. Pada usia tersebut anak-anak suka mencari tahu perbedaan antara dirinya
dan anak sebaya lainnya, dan biasanya materi yang dipunyai menjadi obyek yang
suka dibanding-bandingkan anak.
Memang sifat pamer ini terlihat tidak berbahaya pada awalnya, tapi dalam
jangka panjang bisa menjadi masalah serius bagi karakter dan tumbuh kembang
anak, bahkan jika anak memiliki sifat buruk bisa-bisa dia menjadi public enemy
dan berakhir dengan bullying.
Mungkin sebagian orangtua masih ada yang bingung dan bertanya-tanya, mengapa
sifat suka pamer sering muncul dalam diri anak-anak?
Perlu diketahui semua anak akan menghadapi fase mencari identitas diri, bahkan
sudah dimulai sejak usia 3 atau 4 tahun. Anak suka pamer karena merasa kurang
percaya diri sehingga butuh pengakuan dari pihak lain, sehingga anak
mendapatkan identitas dirinya.
Anak suka pamer sebagai bentuk pertahanan dirinya, pencarian identitas diri
dan ingin mendapatkan pujian agar percaya dirinya meningkat.
Jadi suka pamer adalah sifat yang muncul secara otomatis dalam diri setiap
anak, tinggal bagaimana orangtua menanganinya. Anak suka pamer karena tidak
merasa percaya diri, coba renungkan apakah Bunda selama ini kurang dalam
mensupport anak, tidak pernah memberikan pujian dan motivasi kepada anak Bunda
sehingga dia menjadi anak yang tidak percaya diri.
Jika iya, maka Bunda sejak saat ini harus lebih meningatkan perhatian dan
kasih sayang kepada anak. Memberikan perhatian dan pujian sangatlah penting
untuk meningkatkan semangat dan rasa percaya diri anak.
Jika anak punya rasa percaya diri dan mendapatkan limpahan kasih sayang dari
orangtuanya, maka anak tidak lagi ketergantungan terhadap pengakuan orang
lain.
Interaksi antara anak dan orangtua harus ditingkatkan, misalnya anak
merapihkan tempat tidurnya maka berikanlah pujian, anak akan sangat senang
mendengarnya dan hal ini bisa meningkatkan rasa percaya dirinya. Oleh karena
itu, Jika anak melakukan sesuatu yang baik, Bunda jangan diam saja, berikanlah
anak reward.
Perasaan anak harus dijaga, jika bukan Bunda yang menjaganya maka siapa lagi
yang menjaganya. Orang terdekatnya adalah Bunda, jadi Bunda lah yang paling
bertanggung jawab terhadap perkembangan karakter anak.
Tanamkan sifat rendah hati dan simpati sejak dini. Anak usia pra
sekolah sudah mulai berinteraksi di lingkungan luar, Bunda akan melihat anak
menunjukan beberapa sifat baru, apalagi anak-anak biasanya tidak mau mengalah.
Ajarkan lah anak sifat rendah hati sehingga orang-orang akan menyukainya.
Sifat rendah hati menghindari anak dari sifat sombong dan suka pamer. Anak
bisa memiliki sifat rendah hati jika orangtuanya seperti itu juga, jadi Bunda
harus memberikan contoh yang baik untuk anak. Kenalkan juga anak pada perilaku
saling berbagi, jika ingin memberikan sedekah kepada orang yang membutuhkan,
biarkan anak yang melakukannya
Dengan anak mempraktekan secara langsung untuk berbagi kepada yang
membutuhkan, kegiatan ini akan membekas dalam hati anak, dan mengarahkan anak
kepada sifat rendah hati.
Loading...
Ajarkan anak untuk bisa menghargai orang lain, dengan menerapkan sopan santun
misalnya mengajarkan anak untuk terbiasa mengatakan “terima kasih” saat
diberikan kebaikan oleh orang lain, atau mengatakan “tolong” saat
meminta bantuan.
Lalu ajarkan anak meminta maaf saat berbuat salah, ini adalah kunci dari
kerendahan hati. Sifat rendah hati membuat anak bisa menghargai orang lain dan
tidak meremehkan orang lain. Jika anak mempunyai sifat rendah hati mustahil
dia menjadi orang yang suka pamer.
Anak yang hobi pamer biasanya tidak bisa meghargai orang lain, suka meremehkan
orang lain, maunya selalu diutamakan (sifat serakah) dan tidak bersimpati
terhadap orang yang kesusahan.
Jauhkan anak dari lingkungan buruk. Sifat suka pamer anak karena
mencontoh orang-orang di lingkungannya. Misalnya anak berada di sebuah tempat
yang berisi orang-orang yang suka pamer, maka otomatis anak akan mencontoh
sifat buruk tersebut.
Bunda harus memperhatikan lingkungan pergaulan anak, usahakan untuk mencarikan
teman-teman yang baik untuk anak. Demikian juga orangtua di rumah harus
memberikan contoh yang baik untuk anak-anak.
Anak pamer bisa juga karena ulah kelakuan orangtua. Misalnya orangtua suka
membanding-bandingkan anak, ini tidaklah baik karena dapat menyakiti perasaan
anak dan memunculkan sifat indiviudalisme ekstrim dalam diri anak.
Dimana sifat indiviualisme ini menjadikan anak ingin selalu terlihat wow, anak
menjadi orang yang suka pamer agar orang-orang mengakui ‘kenomorsatuan’
dirinya.
Rasa Simpati. Beritahu anak bahwa sifat suka pamer akan menyakiti
perasaan teman-temannya. Berikan penjelasan yang mudah dipahami anak. Misalnya
dengan mengatakan:
“kalau kamu pamer membicarakan tentang semua mainan keren yang kamu punya
ke teman-teman, itu bisa membuat teman kamu sedih karena mereka tidak punya
mainan yang banyak kaya punya kamu”.
Pokoknya berikan anak pemahaman yang baik. Buat anak berpikir bahwa sifat
pamer itu tidak baik dan harus dihindari.
Pujian yang diberikan tepat dan hendaknya spesifik. Memuji anak itu
memang bagus untuk tumbuh kembangnya, biasanya saat anak menunjukkan sesuatu
ke Bunda, biasanya Bunda akan refleks mengatakan pinter, hebat, keren dll. Itu
adalah contoh pujian yang bersifat umum, tapi hendaknya Bunda lebih fokus
memberikan pujian yang bersifat spesifik.
Mengenai pujian yang bersifat umum, dr. Stephanie menjelaskan bahwa lama-lama
pujian seperti itu tidak lagi berarti bagi anak (karena terlalu sering dipuji
pintar, cakep dll) bahkan justru membuat anak berpikir bahwa dirinya layak
diberi feedback setiap kali melakukan sesuatu.
Ini bisa menjadi berbahaya, oleh karena itu pujian yang diberikan tidak boleh
asal-asalan. Isi pujian juga seharusnya menekankan pada usaha daripada hasil,
misalnya dengan mengatakan
“Kamu pasti bangga karena usaha kerasmu tidak sia-sia”.
Bunda bisa memberikan jawaban seperti itu saat anak tiba-tiba pamer nilainya
lebih tinggi dari nilai teman-teman sekelasnya.
Ajarkan anak untuk lebih peka. Bilang ke anak bahwa dia boleh
menunjukkan berita baik tentang dirinya, tapi tidak ke semua orang. Katakan
pada anak:
“Kamu boleh cerita kepada Nenek tentang nilai rapor kamu yang bagus, tapi
jangan ceritakan ke teman kamu yang nilai rapornya rendah atau tidak naik
kelas, pasti akan membuatnya bersedih.”
Ajaklah anak berdiskusi mengenai perasaan, ini sudah bisa dilakukan meskipun
usia anak masih 6 tahun misalnya. Tanyakan pada anak,
“Coba ceritakan sama Bunda, apa yang kamu rasakan saat temanmu memamerkan
mainan barunya?”
Atau pertanyaan, “Gimana perasaan kamu melihat teman yang suka pamer?”
Anak pasti menjawab bahwa dirinya tidak nyaman dan tidak suka pada teman-teman
yang suka pamer. Nah, tinggal berikan pemahaman pada anak sifat suka pamer itu
kurang baik, karena bisa menyakiti perasaan teman.
Bangun rasa percaya diri anak, anak yang merasa dicintai dan dihargai oleh
orangtuanya, maka tidak lagi tergantung dan tidak merasa perlu sanjungan dari
teman-temannya. Itulah kenapa rasa percaya diri anak yang datang dari dukungan
orangtua adalah kunci untuk menanamkan sifat rendah hati dalam diri anak.
Biasakan mengadakan diskusi atau obrolan antara orangtua dan anak, sediakan
waktu khusus setiap hari untuk bermain dan bercengkrama bersama anak, sehingga
membuat anak merasa disayangi dan diperhatikan. Orangtua menjadi pihak yang
paling bertanggung jawab dalam mengarahkan kehidupan anak.
Anak-anak memang butuh pengakuan dari orangtua, dan haus akan perhatian orang
tua. Jika orang tua justru tidak menghiraukan dan kurang peduli terhadap
pencapaian anak, ia akan mencari pengakuan dari pihak lain. Cara paling mudah
untuk mendapatkan pengakuan yaitu pamer dengan barang-barang yang dimiliki.
Bahkan yang sangat disayangkan, kesalahan banyak orang tua menganggap wajar
kebiasaan anak yang suka pamer kepada temannya, apalagi jika orangtua terlalu
sibuk bekerja sehingga tidak punya waktu untuk mengobrol dan menasehati anak.
Anak juga menjadi pamer karena mendapatkan tekanan tertentu. Jika Bunda
melihat anak punya kebiasaan pamer, jangan-jangan itu karena anak sedang
mendapat tekanan dari lingkungannya, misalnya anak sering diejek atau
direndahkan oleh teman-temannya, sehingga pamer menjadi cara anak agar tidak
lagi diejek oleh teman-temannya.
Latih anak untuk memuji orang lain. Ini bisa menjadi cara untuk
mengurangi sikap pamer anak, dorong anak agar mau memuji orang lain. Misalnya
anak Bunda jago bermain sepakbola, dan ada temannya juga yang jago.
Maka puji anak bahwa dirinya jago main bola, bilang juga temannya itu jago
bermain bola. Dengan begitu Bunda telah mendorong anak untuk memuji temannya.
Pada dasarnya anak kecil masih belum siap untuk memberikan pujian, tapi
sekali-kali anak perlu didorong untuk belajar tentang rasa hormat kepada orang
lain.
Penutup
Jika orang dewasa saja ada yang pamer, maka apalagi anak-anak yang sangat
rentan untuk punya sifat hobi pamer. Khususnya pada anak usia 0-7 tahun yang
sedang dalam fase egosentris, dimana anak menginginkan semua hal terpusat pada
dirinya (seperti perhatian dan pujian). Sifat pamer muncul karena naluri anak
yang ingin mendapat perhatian dan pujian dari orang lain.
Keinginan anak untuk mendapatkan perhatian dan pujian adalah hal yang positif
dalam perkembangan anak untuk meningkatkan kepercayaan dirinya. Jadi
sebenarnya naluri pamer ini tidak bisa dimatikan 100%, yang perlu orangtua
lakukan adalah mengontrol naluri anak ini agar tidak melenceng ke arah
negatif, misalnya sifat congkak atau sombong.
Saat anak melakukan hal yang positif maka berikan pujian. Adapun saat anak
melakukan hal yang negatif, misalnya pamer barang-barang mahal miliknya, maka
jangan berikan pujian.
Dengan memuji hal positif dan tidak memuji hal negatif, anak akan belajar
untuk membedakan mana perbuatan yang baik dan yang buruk, mana hal yang
membanggakan dan tidak membanggakan.
Selain mengarahkan naluri anak, juga penting mengajarkan anak tentang empati
dan tenggang rasa. Jelaskan kepadanya bahwa setiap anak punya keadaan yang
berbeda-beda, tidak semua temannya punya kemampuan membeli barang seperti
dirinya.
Katakan kepadanya:
“Banyak anak-anak seumuran kamu yang tidak punya uang, jadi enggak bisa
membeli barang yang seperti kamu miliki sekarang.”
Loading...
Tulisan Terkait: