Cara Agar Orangtua Dekat dan Dicintai Anak Remajanya


Masa remaja merupakan masa-masa kritis yang dialami semua orang sebelum akhirnya menjadi orang dewasa. Ini merupakan sebuah masa transisi dari masa kanak-kanak menuju kedewasaan, sehingga jangan heran saat seorang anak memasuki usia remaja akan punya sifat lebih egois, keras kepala, bahkan berani membantah orangtuanya.

Mengingat masa remaja merupakan masa transisi, orangtua perlu bijak dalam menyikapi berbagai gejala kurang baik yang dialami anak. Umumnya orangtua merasa khawatir dengan anak remajanya, mewanti-wanti agar bisa dekat dan punya hubungan baik dengan anak remajanya.

Ayah dan Anak Remajanya
Ilustrasi Anak Remaja Berinteraksi dengan Orangtuanya. Photo credit: stock.adobe.com|By LIGHTFIELD STUDIOS

Orangtua memang patut khawatir, karena pada faktanya banyak anak remaja yang tidak dekat dengan orangtuanya, bahkan lebih dekat dan terbuka pada teman-temannya daripada orangtuanya.

Kedekatan batin orangtua dengan anak remajanya tidak bisa didapatkan secara instan, melainkan ini sebuah proses yang berjalan secara perlahan. Satu-satunya cara paling ampuh yaitu orangtua mulai membentuk bonding sejak anak masih berusia dini. Bonding (hubungan batin) antara orangtua dan anak seharusnya dibangun sejak anak lahir ke dunia.

Bonding merupakan ikatan emosional yang sangat penting terjalin antara orangtua dan anak. Urgent-nya bonding semakin terasa pada masa ini, dimana semakin banyak orangtua yang menyadari pentingnya bonding sejak dini untuk proses tumbuh kembang anak. Apalagi di zaman digital sekarang, anak sangat mudah terpapar konten-konten buruk di internet yang membuatnya jatuh ke dalam pergaulan dan pemikiran buruk.


Cara Membentuk Bonding. Dengan kondisi seperti di zaman sekarang ini, tentu sangat berbahaya jika hubungan orangtua dan anak tidak dekat. Anda tentu ingin memiliki anak yang cerdas dan sayang pada Anda, disinilah pentingnya bonding sejak dini. Para ahli tumbuh kembang anak menjelaskan bahwa anak-anak yang tumbuh dengan perasaan aman, dekat dan merasa dicintai orangtuanya, akan tumbuh menjadi anak yang siap bereksplorasi.

Dengan terbentuknya bonding sejak dini membuat anak bisa lebih siap, berani, mandiri dan lebih bisa belajar banyak hal. Adapun anak-anak yang tidak dekat dengan orangtuanya bisa memiliki masalah berupa rasa tidak percaya diri dan eksplorasi yang rendah, lebih parah lagi anak beresiko tinggi terjatuh ke dalam pergaulan buruk, narkoba dan aksi kriminal.

Bonding dapat terbentuk dengan adanya interaksi yang rutin antara orangtua dan anak, sehingga orangtua harus memiliki waktu berkualitas (quality time) dengan anak dalam setiap harinya. Anda harus berada dekat dengan anak, tapi bukan hanya dekat secara fisik, melainkan Anda harus dekat secara hati dengan anak. Jika Anda berada dekat dengan anak, tapi Anda sibuk dengan gadget sendiri dan tidak ada interaksi dengan anak, maka ini bukan kedekatan namanya.

Membangun bonding bisa dilakukan melalui berbagai aktivitas sehari-hari, bahkan termasuk saat bermain bersama yang menyenangkan, ini ampuh meningkatkan bonding. Sekalipun itu aktivitas bermain sederhana, dapat menjadi momen bonding yang seru, menyenangkan dan bermakna untuk anak. Kedekatan dengan anak juga sangat penting untuk memastikan anak bertumbuh-kembang menjadi pribadi yang bahagia, mandiri dan tangguh.


Usahakan Jangan Kerja Lembur. Jika Anda sibuk kerja lembur setiap hari, maka tidak akan ada waktu untuk meningkatkan bonding dengan anak. Anda harus menyadari bahwa membangun kedekatan dengan anak jauh lebih penting dari sekedar uang berlebih. Apa artinya uang milyaran jika Anda tidak dekat dengan anak?

Untuk membangun kedekatan dengan anak, maka Anda harus punya waktu kebersamaan yang cukup dengan anak. Adanya waktu kebersamaan juga menjaga agar hubungan (hati) tidak merenggang. Merenggangnya hubungan dapat memicu terjadinya konflik.

Terjadinya konflik dan renggangnya hubungan di dalam rumah membuat anak merasa tidak nyaman dan bahkan merasa cemas dengan kehadiran orangtuanya. Akibatnya anak tidak suka dekat dengan orangtuanya dan berusaha menjauh, bahkan kehilangan rasa kepercayaan pada orangtuanya, dengan begitu pasti anak tidak mau terbuka pada orangtuanya. JANGAN SAMPAI HAL INI TERJADI.

Renggangnya hubungan akan sangat terasa saat anak memasuki masa remajanya, itulah pentingnya bonding sejak dini. Dimana ia menjadi kurang atau bahkan tidak mematuhi perkataan orangtuanya, selain itu anak mungkin menjadi lebih pendiam dan tertutup. Hal ini dapat terjadi jika selama ini anak tidak memiliki wadah untuk berbagi cerita atau berkeluh kesah tentang problematikanya, kondisi seperti ini nantinya membuat anak tidak segan untuk marah-marah dan bahkan sampai berkata kasar pada orangtuanya.

Tidak terbentuknya bonding menyebabkan anak tidak sayang dan kurang menghormati orangtuanya. Ini akibat dari orangtua sendiri yang jarang meluangkan waktu untuk berkomunikasi dengan anak sejak dini. Selain itu, kemungkinan besar anak akan lebih banyak menghabiskan waktu di luar rumah dibanding berkumpul bersama keluarga.

Merenungi dari akibat renggangnya hubungan orangtua-anak bisa separah itu, maka sudah seharusnya Anda lebih mengutamakan waktu untuk anak-anak ketimbang kerja lembur. Sebesar apapun bayaran gaji dari lembur Anda, itu tidak sebanding dengan waktu kebersamaan keluarga yang dikorbankan.

Loading...

Dalami Cara Berpikir dan Perasaan Remaja. Masa remaja adalah masa yang sangat labil, dimana mereka belum dewasa dan belum mencapai kematangan, hanya saja mereka sekedar merasa jiwanya sudah dewasa dan merasa mengetahui segalanya. Hal ini umum terjadi pada remaja, ini sebenarnya hanya kamuflase remaja untuk menutupi perasaan takutnya, kewalahan dan khawatir yang dirasakan di usia kritisnya ini. Remaja baru menyadari bahwa dunia ini besar dan merasa hidup itu begitu menakutkan.

Orangtua harus memahami psikologi dari seorang remaja, sebenarnya para remaja itu sangat ingin mencoba berbicara dengan orangtua tentang masalah baru yang dihadapinya ini, jika orangtua tidak merespon positif dan tidak bisa menjaga suasana yang kondusif, disitulah seorang remaja akan mulai berulah.

Jika ingin anak remaja terbuka pada orangtua, maka berilah tanggapan dengan penuh kasih, positif dan ciptakan suasana yang kondusif untuk tumbuh kembang anak remaja. Masalah psikis yang dirasakan remaja sangatlah berat, jangan sampai orangtua memarahi anak remajanya secara membabi buta, karena membuat kondisinya semakin parah dan tak terkendali.

Hadapilah prilaku-prilaku anak remaja Anda dengan tenang, usahakan tidak menampilkan kemarahan melainkan sikap lembut, ramah dan rasa saling percaya (keterbukaan). Sebenarnya ada banyak hal yang sangat diharapkan anak remaja dari orangtuanya.


Hormati Privasi dan Hak Anak Remaja Anda. Orangtua harus membuat anak merasa dipedulikan, dicintai dan keberadannya diharapkan. Buat anak merasa bahwa keberadaannya sangat penting dan diharapkan, hal ini nantinya membuat anak merasa nyaman pada orangtuanya, sehingga membuat anak dekat dan mau terbuka pada orangtuanya.

Sangat penting memperlakukan anak remaja dengan hormat, karena pada kenyataannya banyak orangtua tidak memberikan apa yang dibutuhkan seorang remaja (yaitu kebutuhan perasaan untuk dihormati atau dihargai), akibatnya si Remaja mencari kebutuhan tersebut ke luar rumah.

Jika seorang remaja dihadapkan pada dua pilihan, yaitu memiliki teman dengan sikap menyenangkan, atau memilih orangtua yang kasar, suka mengatur dan galak. Maka si remaja pasti akan memilih temannya, sehingga banyak kita lihat anak-anak remaja lebih dekat dan terbuka pada temannya ketimbang orangtuanya.

Dengan begitu para orangtua harus intropeksi diri, untuk peduli dan memperlakukan anak remajanya dengan hormat, sehingga si Remaja akan merasa diakui dan disayangi oleh orangtuanya. Saat ia memiliki masalah dan berkeluh kesah maka berikan respon positif dan jangan meremehkan masalahnya. Hal ini penting karena membuat si Remaja merasa dihargai, disayangi dan diperhatikan oleh orangtuaya.

Adapun jika ucapan si Remaja direspon secara negatif, ini membuatnya berpikir bahwa dirinya tidak penting bagi orangtuanya, akibatnya si Remaja akan mencari jati diri keluar rumah, bahkan mungkin masuk ke dalam lingkungan pergaulan yang buruk.


Orangtua harus belajar memahami apa yang diinginkan dan diharapkan anak remajanya. Saat anak remaja Anda berprilaku buruk, meresponnya secara kasar hanya akan membuatnya semakin jauh dari Anda dan lari ke lingkungan pergaulan yang buruk. Untuk menyelesaikan masalahnya, biasakan melakukan pembicaraan dari hati ke hati.

Seorang remaja itu merasa dirinya sudah besar, sehingga ia akan sangat marah jika diperlakukan secara kasar atau buruk, para orangtua harus mengetahui hal ini.

Singkirkan Gadget Selama Interaksi. Interaksi yang baik sangat penting dalam membangun hubungan orangtua dan anak remajanya. Mungkin sulit untuk meninggalkan gadget karena selama ini terus-menerus terkoneksi dengannya, tapi menyingkirkan gadget harus dilakukan saat ingin melakukan interaksi dengan anak remaja.

Seharusnya Anda fokus dan memberikan perhatian penuh saat berinteraksi dengan anak remaja Anda, demikian juga saat berada di mobil bersama keluarga sebaiknya matikan musiknya sehingga dapat berinteraksi dengan baik. Berhati-hatilah, gadget dapat menyebabkan rusaknya hubungan orangtua dan anak remajanya.

Selain meluangkan waktu bersama, sangat penting meningkatkan kualitas kebersamaan dengan anak. Disamping itu masa remaja merupakan masa kritis dan banyak masalah, penting adanya interaksi intens antara orangtua dan anak remajanya. Remaja sering bergumul dengan kepercayaan diri mereka, dimana seringkali tekanan teman sebaya dapat merusak harga diri anak Anda, sehingga hindari mengekspresikan kritik keras dan negatif karena membuat bebannya semakin berat.


Selain itu agar bisa dekat dan dicintai oleh anak remaja Anda, jadilah orangtua supportif yang selalu meringankan beban masalah yang sedang dihadapi anak, jangan malah memperburuk keadaan. Banyak orangtua yang asal-asalan dalam berbicara tanpa memperhatikan perasaan anak remajanya, maka jangan heran jika banyak ditemukan anak remaja yang membenci orangtuanya sendiri.

Anda harus bisa memahami psikologi seorang remaja. Anda mungkin syok saat Si Remaja tiba-tiba menolak perkataan Anda, membantah, menunjukan gesture yang tidak nyaman dilihat, hingga menuduh Anda tidak sayang padanya saat Anda tak mengabulkan keinginannya. Sebenarnya kejadian seperti ini dialami sebagian besar orangtua yang anaknya beranjak remaja, jadi Anda tidak sendirian. Sebagai orangtua, Anda tidaklah melakukan kesalahan karena ini bagian normal dari perkembangan anak remaja.

Anak remaja sebenarnya mencoba mencari tahu siapa diri mereka, mencoba memahami segala hakekat kehidupan dan tekanannya. Sebagai hasil dari upayanya tersebut, anak usia remaja biasanya akan mulai memperjuangkan otonomi dan kebebasannya, hingga kadang mengabaikan masukan dari orangtuanya.

Hal seperti ini normal dialami anak remaja, orangtua hanya perlu memberikan toleransi dan hindari suka menekan anak. Ingatlah bahwa anak remaja adalah cerminan dari orangtuanya, jika orangtua suka menanggapi dengan kata-kata kasar, maka anak bakal menirunya.

Sebaliknya, seharusnya buat aturan untuk saling menghormati. Misalnya memberikan anak kebebasan atau ruang untuk menyampaikan pendapat, keluhan dan ketidakpuasannya, tapi ingatkan anak untuk berkata baik dan penuh hormat. Selain itu orangtua juga harus memberikan contoh yang baik.

Tahun-tahun remaja tidaklah mudah, Anda pun sebagai orangtua tentu mengetahuinya. Dimana selain anak remaja sedang menghadapi sejumlah perubahan fisik, ia juga akan menghadapi banyak tantangan dan kesulitan di kehidupan sosialnya. Jika anak secara tiba-tiba berprilaku buruk, cobalah cari tahu apakah ia sedang mengalami masalah dalam dunia sosialnya. Disinlah pentingnya kedekatan atau kebersamaan antara orangtua dan anak remajanya, bahkan seharusnya sejak usia dini.


Hargai Privasinya. Ini sangat penting, seringkali orangtua tidak menghargai privasi anak remajanya, sehingga menyebabkan anak tidak nyaman dan menjaga jarak dari orangtuanya. Sejak usia remaja, anak sudah mulai memiliki prinsip tentang privasi diri, orangtua tidak bisa asal-asalan lagi mencampuri dan mengacak-acak privasi anak.

Dimana juga remaja membutuhkan sedikit kebebasan untuk menyusun rencananya sendiri, memilih keinginan atau jalan sendiri sehingga tidak mau dipaksa, dan memiliki keinginan untuk mandiri (atau mengurangi ketergantungan pada orangtua).

Masa remaja merupakan masa pencarian identitas diri, itulah mengapa para remaja banyak mencari hal-hal baru, trial and error, berusaha kreatif, hingga melakukan sesuatu yang membuat orang dewasa geleng-geleng kepala. Peran orang tua adalah wajib meminimalisir perilaku anak remaja yang menjurus kepada hal negatif. Meluruskan prilaku remaja dapat lebih mudah dilakukan jika Anda sudah membangun hubungan dari hati-ke-hati dengan anak.

Penyebab timbulnya kenakalan remaja adalah karena tidak baiknya hubungan antara orang tua-anak. Para ahli menjelaskan bahwa kualitas hubungan orangtua-anak sangat mempengaruhi kepribadian anak, sehingga penuhi kondisi seperti ini:
  1. Kepercayaan orangtua terhadap anak
  2. Kepercayaan anak dengan orangtua
  3. Kepuasan anak terhadap aturan orangtua.
  4. Orangtua yang menghargai pencapaian anak, sekalipun bukan pancapaian yang besar.
  5. Tersedianya waktu berkomunikasi yang cukup antara anak dan orangtua.
  6. Saling mengucapkan kata-kata yang baik dan saling menghormati.
  7. Besarnya toleransi dan rasa saling memaklumi antara orangtua dan anak.
  8. Membangun komunikasi yang diwarnai kehangatan, dan menghindari perselisihan karena hal sepele.

Sangatlah penting menjalin komunikasi dua arah, jangan sampai orangtua hanya mau didengarkan tapi tidak mau mendengarkan masukan dari anak. Selain itu orangtua tidak selalu tahu apa yang diinginkan dan diharapkan anak, sehingga komunikasi dua arah menjadi kunci agar orangtua bisa dekat dengan anak remajanya.

Juga berikan anak ruang atau kesempatan untuk bercerita, mengeluarkan keluhan, hingga mencurahkan isi hatinya. Remaja sangat ingin ceritanya didengarkan dan dihargai, orangtua harus belajar menjadi pendengar yang baik, yang nantinya sedikit demi sedikit barulah orangtua bisa memberikan masukan atau nasehat untuk anak.

Loading...

Tulisan Terkait: