Idealnya seorang anak itu lengket kepada ibu dan ayahnya, keseimbangan seperti
itu sangat perlu sehingga mencerminkan keluarga yang bahagia, dimana anak
sangat membutuhkan sekaligus kepada peran ayah dan ibunya untuk memperoleh
pengajaran dan teladan yang baik dari keduanya.
Umumnya di masyarakat, anak justru hanya dekat pada ibunya tapi tidak dekat
pada ayahnya. Walaupun seorang ayah sibuk bekerja di kantor ataupun pabrik,
tapi dirinya memiliki kewajiban untuk menyediakan waktu berkualitas bersama
anak, jadi tugas seorang ayah bukan hanya mencari uang untuk keluarga. Jadi
dalam merawat dan membesarkan anak, tidak hanya ibu yang bertanggung jawab
tapi ayah juga harus ikut serta.
Jika ayah kurang dekat dengan anaknya, maka ketahuilah bahwa tugas seorang
Ayah tidak hanya mencari nafkah melainkan juga bertugas untuk mengasuh,
mendidik, memberikan perhatian dan kasih sayang untuk anak. Tidak hanya Ibu
yang memberikan pelukan dan ciuman pada anak, ayah juga harus membiasakan diri
untuk memeluk dan mencium anak.
Ayah seharusnya sering memeluk anak sejak ia masih bayi, sehingga terbentuk
bonding ayah dan anak sejak dini. Ayah juga harus bisa memberikan pijatan
lembut untuk bayi, bayi sangat senang dipijat, berikan pijatan secara secara
lembut dan pelan-pelan. Selain itu buatlah bayi tertawa, ayah bisa melakukan
permainan ci-luk-ba, meniup dada atau kulit bayi, menunjukkan mimik wajah
lucu, menirukan suara hewan, mengeluarkan suara lucu hingga akhirnya Si Bayi
tertawa.
Ayah juga perlu mengambil tugas untuk memandikan bayi dan beberapa aktivitas
lainnya, dengan begitu akan cepat terbentuk bonding ayah dan anak sejak dini.
Istri perlu mengajarkan suami cara memandikan bayi yang benar, apalagi
biasanya bayi atau balita senang main air. Ayah juga harus sering-sering
memandang Si Bayi, juga ajaklah bicara walaupun bayi belum mengerti, pandangi
bayi sambil tersenyum, dan ajak main bersama seperti menggendong bayi
jalan-jalan di komplek perumahan, atau kalau bisa membeli stroller untuk bayi.
Seorang ayah harus rutin mengajak bicara anak, ada segudang manfaat jika ayah
dekat dengan anaknya, yang bahkan berpengaruh terhadap kecerdasan dan
emosional si Anak, jadi jangan sampai kesibukan ayah bekerja seharian
menyebabakan hanya memiliki sedikit waktu untuk anak. Penting diketahui,
kedekatan ayah dan anak harus dibangun sejak dini, jangan sampai terlambat
atau ditunda-tunda.
Para ahli menjelaskan bahwa saat seorang ayah secara aktif terlibat dalam
pengasuhan anak maka Si Anak bisa melakukan banyak hal dengan lebih baik.
Bahkan manfaatnya sudah bisa diperoleh sejak dini, penelitian menemukan bahwa
bayi yang dekat dengan ayahnya akan lebih merasa aman, memiliki emosional yang
lebih baik, dan akan lebih bersemangat dalam mengeksplorasi lingkungannya.
Hal-hal seperti itu sangat penting agar anak bisa tumbuh dan berkembang dengan
optimal.
Kedekatan ayah dan anak sangatlah penting sehingga Si Anak bisa tumbuh cerdas
dan umumnya lebih aktif secara sosial. Anak juga bakal lebih siap saat hari
pertama bersekolah, dimana anak yang dekat dengan ayahnya biasanya punya
kemampuan lebih baik dalam mengelola rasa stresnya. Penelitian juga menemukan
bahwa anak-anak yang dekat dengan ayahnya memiliki kemampuan akademis lebih
baik dan lebih mampu menunjukan perilaku yang menyenangkan dan menarik untuk
orang-orang di sekitarnya.
Kedekatan dengan ayah memengaruhi kemampuan manajemen emosional anak. Jadi
Ayah harus aktif dalam pengasuhan anak karena berperan besar terhadap
perkembangan kesehatan mental anak bahkan hingga ia dewasa nantinya. Disamping
itu, baik ibu maupun ayah masing-masing punya cara yang unik dalam
berinteraksi dengan anak, sehingga sangat dibutuhkan aktifnya keduanya (ayah
dan ibu) dalam pengasuhan anak.
Penelitian menemukan bahwa para Pria dewasa yang sejak kecil memiliki hubungan
baik (dan dekat) dengan ayahnya memiliki kemampuan lebih baik dalam menghadapi
stres atau tekanan pekerjaan yang berat, serta lebih mampu mengontrol diri.
Selain itu, penelitian lainnya menemukan bahwa anak-anak perempuan yang dekat
dengan ayahnya sejak kecil memiliki rasa percaya diri yang lebih baik dan
penghargaan diri yang besar saat dewasa.
Disebutkan juga bahwa anak-anak yang punya hubungan baik dengan ayahnya akan
lebih punya banyak teman di lingkungannya, lebih toleran dan pengertian, dan
saat dewasa memiliki pernikahan yang lebih sukses dan langgeng.
Ayah harus hadir dalam kehidupan anak, misalnya pada hubungan ayah dan anak
laki-laki, maka ayah bisa bermain tinju-tinjuan dengan anak, melemparkan anak
ke atas (tapi jangan tinggi-tinggi karena berbahaya), atau pura-pura berkelahi
bersama anak. Untuk mengajak anak laki-laki bermain seperti itu tentu tidak
cocok diperankan Ibu, anak tidak mendapatkan permainan seperti itu waktu
bersama ibunya, maka disinilah peran ayah masuk untuk menanamkan sifat
keberanian ke dalam diri anak. Penelitian menunjukan bahwa permainan seperti
itu bersama ayah dapat membuat anak punya kewaspadaan dan kepekaan yang lebih
baik.
Sifat seorang Ibu cenderung over-protective pada si Anak ketimbang ayah yang
lebih berani mendorong anak untuk mengambil resiko sehingga anak bisa
bereksplorasi secara optimal. Walaupun seorang ayah lebih berani dalam
menempatkan anak di kondisi yang ‘kurang aman’ tapi bukan berarti Si Ayah
tidak melindungi anaknya. Hanya saja seorang Ayah biasanya punya karakter
untuk mendorong anak untuk lebih berani, mandiri dan jangan takut gagal.
Loading...
Begitu petingnya peran seorang ayah, dengan begitu jika anak lengket kepada
ayahnya maka Si Ibu jangan ‘cemburu’, idealnya anak itu dekat kepada ayah dan
ibunya sehingga Si Anak bisa tumbuh optimal, cerdas dan punya kesehatan mental
yang baik. Jika selama ini Bunda yang selalu berperan dalam menyuapi,
memakaikan baju, menemani bermain maupun tidur, maka cobalah Si Ayah sesekali
mengambil peran seperti itu, jangan banyak alasan karena sibuk kerja lah atau
apalah....
Seorang anak pada dasarnya lebih nyaman dan lebih dekat pada Ibunya, Jadi Para
Ibu jangan cemburu jika anak akhir-akhir ini lebih lengket pada ayahnya.
Penelitian menyebutkan bahwa saat anak tampaknya tidak adil (lebih
mengutamakan ayahnya) sebenarnya itu menandakan Si Anak sudah merasa dekat
dengan Ibunya, kok bisa begitu? Itu disebabkan anak sudah merasa yakin dengan
‘kesetiaan’ cinta dari Ibunya, jadi Si Anak tahu bahwa saat dia menolak Ibunya
nantinya tetap saja akan mendapatkan sambutan hangat saat dia kembali kepada
Ibunya.
Jadi Para Ibu jangan cemas saat anak lebih memilih dekat ayahnya, karena
jarang-jarang seorang anak mau dekat dengan ayahnya (berdasarkan kenyataan di
masyarakat). Pokoknya selama Bunda selalu jeli memenuhi kebutuhan anak,
bersabar menemani anak bermain, mau mendengarkan dan merespon saat anak
bercerita, maka Anak akan tetap memberikan cinta terbesarnya untuk Bunda.
Pada dasarnya Anak lebih dekat dan cinta pada ibunya, tapi pada sebagian kasus
dalam sebuah keluarga ada Anak yang lebih dekat pada ayahnya secara permanen,
dimana Anak suka mengabaikan ibunya dan saat ayahnya pulang kantor maka
didapati betapa bahagianya Si Anak dengan kedatangan ayahnya. Adapun saat
Bunda pulang pulang kantor ternyata Si Anak menyambut dengan biasa saja.
Tentu akan jadi pikiran mengapa Si Ayah dan anak bisa begitu ceria, tapi tidak
saat bersama Bunda. Para Bunda mengeluhkan hal ini, sebenarnya tidak perlu
merasa tersisih dan hilangkanlah perasaan seperti itu, yang penting cari akar
persoalan kenapa bisa begitu. Para Bunda perlu mengoreksi diri dan merenungkan
beberapa pertanyaan di bawah ini:
- Apakah Bunda membuat aturan yang terlalu ketat terhadap anak? Jika iya, ketahuilah bahwa anak bukanlah robot dan tentunya anak tidak senang, selain itu membuat aturan terlalu ketat akan mematikan kreativitas dan eksplorasi anak.
- Apakah Bunda memberikan standar disiplin yang terlalu tinggi pada anak?
- Apakah Bunda lebih fokus menghabiskan waktu, tenaga dan pikiran untuk pekerjaan dibandingkan untuk Si Anak?
- Apakah Bunda sering pulang terlambat dan hanya punya sedikit waktu kebersamaan dengan anak?
- Apakah Bunda terlalu serius saat berbicara dengan anak, dan Bunda tidak pernah becanda untuk anak?
- Seberapa sering Bunda menyatakan cinta atau sayang pada Si Kecil?
- Apakah Bunda sering meluangkan waktu bersenang-senang bersama anak?
- Apakah ada sesuatu hal yang membuat anak khawatir atau takut terhadap Bunda?
- Apakah Bunda bersikap kaku ataupun berusaha mendapatkan perhatian anak dengan cara kasar?
- Apakah Bunda sering memaksa anak untuk mengikuti Bunda padahal sebenarnya ia tidak menginginkannya?
Hal-hal diatas adalah faktor yang menjadikan seorang anak menyukai seseorang.
Orangtua harus tahu apa saja yang menjadi kebutuhan dan keinginan anak, hal
terpenting adalah menyediakan space waktu yang cukup kebersamaan dengan anak,
pastikan orangtua dan anak punya momen quality time setiap hari. Saat bersama
anak di rumah, jangan hanya sibuk dengan kegiatan sendiri dan membiarkan anak
menghabiskan waktunya sendiri. Optimalkan waktu kebersamaan dengan anak untuk
membentuk bonding (ikatan batin) antara orangtua dan anak.
Jika ingin dicintai anak, selain mengurus makan dan belajar anak, sediakan
juga waktu untuk bermain dan bercerita bersama anak. Seimbangkan waktu yang
dimilki dengan bijak, sehingga orangtua memiliki cukup waktu untuk bekerja
maupun bermain bersama anak. Orangtua harus luwes dan bijak dalam menghadapi
tingkah Si Kecil, dimana ada waktunya menerapkan disiplin dan ada waktunya
memberikan kebebasan pada anak untuk melakukan apa yang ia mau.
Ingat... hubungan yang paling ideal adalah anak bisa dekat dengan ayah maupun
ibunya karena ini berkaitan dengan tumbuh kembang anak yang optimal, sehingga
nantinya anak akan lebih mudah untuk meraih prestasi akademis di sekolah dan
lebih mampu bersosialisasi dengan baik di lingkungannya berada. Ibu dan Ayah
harus bisa bekerja sama dalam mengasuh dan mendidik anak.
Loading...
Tulisan Terkait: