Mengasuh anak gampang-gampang susah. Salah satu masalah yang banyak dihadapi
orangtua adalah cara menyikapi prilaku tantrum dari anak. Anak yang suka
ngambek dan rewel, apalagi saat berada di tempat umum, tentu menjadi masalah
yang lumayan membuat orangtua pusing dan kebingungan.
Tantrum pada dasarnya merupakan sifat emosional atau temprament dalam diri
anak-anak yang membuatnya suka marah-marah tidak terkendali, umumnya terjadi
pada anak-anak usia prasekolah (2-3 tahun).
Anak tantrum ditandai dengan sering mengekspresikan kemarahan dengan cara
berbaring di lantai, berteriak dan menendang-nendang. Banyak hal yang memicu
anak menjadi tantrum, diantaranya karena si anak kesulitan dalam menyampaikan
keinginannya atau kesulitan mengekspresikan perasannya, alhasil yang bisa
dilakukan anak adalah ngamuk-ngamuk tidak jelas.
Anak tantrum memiliki masalah dengan kemampuan komunikasi, dan juga
tidak mampu untuk menyikapi perasaan frustrasi, kesal dll. Selain itu anak
tantrum mudah sekali terprovokasi emosinya. Jadi untuk menghadapi anak
tantrum, orangtua harus menyikapinya dengan tenang dan jangan sampai ada suara
keras.
Saat lagi kambuh tantrumnya anak akan suka marah-marah, ngamuk atau
teriak-teriak, orangtua tentu merasa geram melihat sikap anak seperti itu dan
mungkin bisa ikut tersulut emosi. Orangtua harus tenang dan berusaha
menyikapinya dengan kepala dingin, jika orangtua ikut marah-marah atau
teriak-teriak justru semakin memperparah tantrum anak.
Respon yang tenang menjadi kunci untuk mengatasi tantrum pada anak. Mencoba
berkomunikasi kepada anak dengan kepala dingin, buang jauh-jauh kepanikan dan
emosi dari dalam diri. Pokoknya kalau anak lagi tantrum harus dibilangin
pelan-pelan, gunakan kalimat sesederhana mungkin dan mudah dipahami anak jika
berbicara dengannya.
Jika anak terlihat sangat mengamuk, lebih baik jangan diajak bicara dahulu,
jangan dimarahi. Biarkan anak ngambek hingga puas, biasanya dalam 5-10 menit
bakalan mereda kemarahannya, setelah itu barulah mengajaknya berkomunikasi.
Tunjukkan empati kepada anak, berikan pelukan atau hal-hal lainnya
sehingga anak merasa disayang orangtuanya. Jika anak merasa disayang oleh
orangtuanya maka memori ini akan diingatnya dan tertanam dalam hatinya,
menjadikan anak dekat dengan orangtuanya dan mau mendengarkan perkataan
orangtuanya.
Adapun jika anak sering dimarahi maka anak akan membenci orangtuanya dan tidak
mau mendengarkan perkataan orangtua. Hal inilah yang membuat banyak kasus
dimana anak saat memasuki usia remaja sulit sekali untuk dinasehati
orangtuanya, rupanya karena si anak sejak kecil sering dimarahi dan
dibentak-bentak orangtuanya, menyebabkan anak tidak dekat dengan orangtuanya
dan tidak mau terbuka.
Jadi jika Anda mempunyai anak balita yang lagi tantrum, maka jangan mencubit
atau memukulnya, walaupun itu pelan, karena jangan sampai anak berpikir bahwa
orangtuanya tidak menyayanginya. Yang seharuanya dilakukan adalah membiarkan
si balita ngambek hingga capek sendiri, setelah energinya habis maka barulah
orangtua memberikan balita pelukan lembut, bisikan juga kata-kata yang
menenangkannya.
Orangtua seharusnya memberikan ruang untuk anak, berikan anak ruang
kesempatan untuk meluapkan emosinya, orangtua hanya perlu memantau sembari
mengawasi. Tapi perhatikan apakah ada benda yang membahayakan, jauhkan anak
dari benda-benda yang bisa membahayakannya seperti gelas kaca, dll.
Pahami perasaan dan keinginan anak, ini hal pertama yang hendaknya dilakukan
saat anak terlihat tantrum, jadi respon pertama bukanlah menghentikan secara
paksa tantrum anak karena kemungkinan membuat anak semakin mengamuk, apalagi
jika menghentikannya dengan cara sambil marah/teriak maka semakin parah
tantrum anak.
Biarkan saja, tunggu hingga tantrumnya mereda barulah mengambil tindakan.
Kecuali jika anak tiba-tiba tantrum di tempat umum, maka segera bawa anak
menyingkir (menjauh) agar tidak mengganggu orang lain.
Anak bisa saja tantrum karena capek atau lapar. Kalau begitu orangtua
perlu pintar-pintar mengkondisikan agar anak selalu dalam keadaan baik,
usahakan jangan sampai anak kelaparan ataupun terlalu capek. Kenali keinginan
dan kebutuhan si kecil saat bepergian.
Misalnya sebelum berpegian, pastikan si kecil sudah mengonsumsi makanan
sehingga tidak lagi dalam keadaan lapar saat di perjalanan. Sebelum berpegian
pastikan si kecil sudah cukup istirahat sehingga tidak rewel saat di jalan,
pokoknya pastikan si kecil dalam kondisi baik dan fit.
Loading...
Ketahui Tantrum Manipulatif pada Anak
Anak menangis sambil meraung-raung atau mengamuk agar kemauannya dituruti oleh
orangtuanya, hal seperti Ini umum dikenal sebagai gejala tantrum manipulatif.
Si kecil yang sedang dalam masa tumbuh kembang akan mempelajari banyak hal,
termasuk belajar untuk memanipulatif.
Sebagai orangtua tentu Anda sering bersama dengan anak, dengan begitu cukup
mudah untuk mendeteksi prilaku manipulatif seperti ini. Cara menangani tantrum
manipulatif pada anak, pertama tepat sabar dan tenang, hindari seketika
menuruti kemauan anak, demikian juga tidak perlu langsung menolak keinginan
anak. Pokoknya orangtua harus bersikap tenang.
Hingga pikiran tenang, maka mulailah mencerna tentang keinginan atau
permintaan anak, jika permintaan anak dirasa wajar, maka silahkan memenuhi
permintaannya. Berikan jeda antara saat anak meminta sesuatu sambil
ngamuk-ngamuk dengan saat Anda memenuhi permintaannya.
Jika anak meminta sambil ngamuk-ngamuk, lalu orangtua seketika itu juga
memenuhi tuntutan anak, maka dikhawatikan si anak akan berpikir bahwa
ngamuk-ngamuk bisa dijadikan jurus ampuh supaya kemauannya dituruti orangtua.
Alhasil anak terus-terusan melakukan tantrum manipulatif.
Oleh karena itu orangtua harus cermat memperhatikan tingkah dan tangis anak.
Saat anak menangis karena kemauannya tidak dituruti orangtua, maka lihatlah
tingkah si anak serta gaya tangisannya. Sebagai orangtua, Anda tentu bisa
mengetahui perbedaan tangisan anak yang manipulatif dan tidak.
Maka orangtua selain memiliki rasa kasih sayang yang besar kepada anak, juga
harus memiliki sifat tegas dan konsisten saat seperti itu. Orangtua juga perlu
berbicara dan meminta dukungan anggota keluarga lain seperti suami/istri,
nenek, kakek dan lainnya (orang-orang dewasa yang sering berinteraksi dengan
anak). Dalam mendidik anak perlu kekompakan semua pihak, khususnya kekompakan
suami dan istri untuk mendidik anak.
Jangan suka mengumbar janji, sebagian orangtua memberikan janji-janji
PALSU agar si anak berhenti mengamuk, janji palsu yang diberikan bisa
sementara waktu menghentikan amukan anak. Tapi anak selalu ingat dengan janji
yang diberikan, dan akan terus menagihnya.
Jika orangtua tidak menepati janjinya dampaknya membuat anak kehilangan
kepercayaan kepada orangtuanya, selain itu anak bisa saja tantrum atau
mengamuk dengan jauh lebih parah. Dampak buruk lainnya yaitu anak bisa saja
mencontoh hal itu sehingga anak akan menjadi pribadi yang suka ingkar janji
dan berbohong.
Tantrum manipulatif muncul saat keinginan anak tidak dipenuhi, anak
melakukannya agar kemauannya dipenuhi. Pastikan untuk menahan atau menguasai
emosi saat anak tantrum, orangtua jangan sampai mengeluarkan ucapan bernada
tinggi, lebih baik biarkan anak seperti itu hingga capek sendiri. Saat situasi
tenang, berikan edukasi kepada anak bahwa perilaku seperti tadi tidaklah baik
dan tidak bisa diterima. Tentunya jelaskan dengan kata-kata sederhana yang
mudah dipahami anak.
Lalu ajarkan anak tentang bagaimana caranya bersikap saat meminta sesuatu atau
untuk mendapatkan yang dia inginkan. Jika setelah diajari anak masih melakukan
tantrum manipulatif, maka menurut para ahli salah satu cara terbaik mengurangi
tantrum manipulatif anak adalah dengan mengabaikannya. Carikan anak aktivitas
yang menyenangkan, orangtua perlu kreatif mencarikan aktivitas yang bagus dan
menyenangkan untuk anak sehingga efektif mengurangi tantrumnya.
Tantrum Frustasi
Jenis tantrum ini dipicu kondisi anak yang belum bisa mengekspresikan dirinya
dengan baik. Tantrum Frustasi rentan untuk dialami anak usia 18 bulan karena
merasa kesulitan untuk menyampaikan keinginan atau mengungkapkan perasaannya.
Faktor lain yang membuat anak tantrum yaitu faktor kesehatan, kelelahan, lapar
atau gagal melakukan sesuatu.
Saat anak tantrum, dekati ia tapi jangan memaksanya berhenti, ajak anak
berbicara dengan pelan-pelan (hindari berkata dengan nada tinggi), cari tahu
apa yang memicu tantrumnya. Tantrum anak akan lebih mudah diatasi jika
diketahui pemicunya.
Jika yang tantrum adalah balita, maka lakukan hal yang bisa mengalihkan
perhatiannya. Karena yang namanya anak kecil, mudah sekali melupakan sesuatu
dan tertarik pada hal baru. Untuk mengalihkan perhatiannya, cobalah untuk
memberikan mainan yang sudah lama tidak dimainkannya, atau memberikan camilan
kesukaannya.
Tantrum bukanlah penyakit melainkan sebuah gangguan yang memerlukan penanganan
khusus, sehingga orangtua perlu berputar orang untuk menerapkan pola asuh yang
sesuai untuk kondisi anak. Dibutuhkan sikap tenang dalam menghadapi anak yang
tantrum, karena banyak orangtua yang panikan dan tidak tega lalu memberikan
apa yang diinginkan anak, ini tidakan keliru yang justru memperparah tantrum,
sebab anak berfikir prilakunya efektif untuk meminta sesuatu.
Peran orangtua sangat penting untuk membantu perkembangan karakter anak.
Tantrum pada anak perlu ditangani dengan tepat, orangtua jangan cuek dengan
masalah tantrum yang menimpa anak ini. Masalah tantrum pada anak jika terus
berlangsung dan tidak diperbaiki maka akan menjadi kebiasaan buruk dan berefek
negatif terhadap perkembangan si anak.
Mengarahkan anak adalah tugas berat. Orangtua pihak yang paling
bertanggungjawab dalam pendidikan karakter anak, tugas orangtua bukan sekedar
memberikan makan anak. Orangtua harus punya banyak waktu untuk bersama anak,
bercengkrama dengan anak sambil memberikan pendidikan atau pengajaran untuk
anak.
Dari berbagai poin yang disebutkan diatas, mungkin bagian yang tersulit untuk
diterapkan adalah tetap bersikap tenang saat anak tantrum dan menangis.
Sebagian orangtua tidak tahan mendengar tangisan anak dan berusaha
menghentikannya. Padahal lebih baik membiarkan anak meluapkan tangisannya
hingga puas .Berikut hal-hal yang perlu diketahui:
- Menangis tidaklah buruk, bahkan anak-anak sebenarnya butuh untuk menangis. Setelah menangis, biasanya anak menjadi lega.
- Air mata mengandung kortisol (hormon stres), sehingga saat kita menangis, kita sebenarnya sedang melepaskan stres dari tubuh. Keluarnya air mata dapat memperbaiki mood atau suasana hati. Itu sebabnya, orangtua hendaknya tidak menginterupsi anak saat sedang menangis, biarkan anak menikmati perasaannya.
- Orangtua harus bisa tegas untuk berkata "tidak", setelah itu mungkin Anak menjadi tantrum atau marah, tapi sikap tegas orangtua adalah hal yang baik. Dengan mengatakan "tidak" secara tidak langsung akan mengajarkan anak tentang batasan-batasan perilaku yang baik dan buruk.
- Jangan terlalu khawatir mengenai kondisi anak yang sedang tantrum karena anak sedang mengungkapkan perasaannya. Pada umumnya kasus, tantrum adalah ekspresi anak terhadap kata "tidak" dari orangtuanya. Orangtua tetap bisa tegas sembari membantu anak menghadapi rasa kecewa dan frustasinya. Jadi dibalik sikap tegas orangtua, anak tetap bisa merasakan cinta dan perhatian dari orangtuanya.
- Saat anak tantrum dan mengamuk lalu meminta orangtuanya pergi, sebenarnya anak SANGAT MENGHARGAI jika orangtuanya tetap ada di dekatnya. Jadi saat situasi seperti itu tidak perlu banyak berkata, yang penting berikan kesan bahwa Anda sangat PERHATIAN dan SAYANG padanya. Jikapun ingin berkata maka ucapkan sedikit saja kata yang menyenangkan untuk didengar anak.
- Setelah anak tantrum dan menangis biasanya bisa tidur lebih nyenyak, itu karana anak sudah melepas segala emosinya, kortisol (hormon stres) pun keluar dari dalam tubuhnya melalui air mata.
Loading...
Tulisan Terkait: