Banyak orangtua yang menganggap biasa tindakan memukul sebagai cara
mendisiplinkan anak, dan tidak menyadari risiko dari tindakan memukul yang
memengaruhi tumbuh kembang anak. Sebagian orangtua mudah sekali frustrasi
dalam mendidik anak sehingga ‘hobi’ memukul anak. Padahal ada banyak opsi lain
yang bisa dilakukan selain memukul anak.
Orang tua yang mendidik dan mendisiplinkan anak dengan cara memukul, contohnya
saat anak tidak menuruti perkataan orang tua dihukum dengan dipukul. Memukul
anak berdampak sangat buruk terhadap psikologisnya, sekalipun setelah itu
orangtua meminta maaf atas perbuatannya, tapi anak sudah terlanjur dipukul dan
itu berdampak permanen terhadap psikologisnya.
Apalagi jika anak sering dipukul sejak kecilnya, maka berdampak serius
terhadap kondisi mental dan psikologisnya saat ia dewasa. Banyak penelitian
yang menyelidiki dampak hukuman fisik (seperti memukul, menampar, mendorong)
terhadap gangguan mental yang akan dialami anak. Hasilnya, peneliti
menjelaskan bahwa dampaknya sangat buruk, diantaranya:
- Rentan mengalami gangguan mood (suasana hati).
- Rentan terhadap gangguan kecemasan.
- Munculnya prilaku mengarah ke agresif.
- Munculnya perilaku antisosial.
- Tingkat kepercayaan diri yang rendah.
- Resiko gangguan kepribadian.
- Resiko penggunaan obat-obatan terlarang.
Anak yang sering mendapatkan kekerasan di rumahnya biasanya menjadi orang yang
rendah diri, dan kemungkinan kesulitan untuk bisa bersosialisasi di sekolah,
hal ini nantinya berdampak buruk pada nilai akademis anak, atau bahkan anak
membolos sekolah karena kesulitan untuk bergaul atau bersosialisasi.
Anak mungkin menafsirkan pukulan atau tamparan sebagai tanda bahwa orangtuanya
tidak mencintainya, dampaknya hubungan orangtua dan anak menjadi renggang dan
penuh ketegangan. Anak akan menjaga jarak dari orangtuanya, bahkan mungkin
membenci orangtuanya, hal ini akan semakin terlihat saat si anak beranjak
dewasa.
Sebagian anak dipukul atau dihukum tanpa tahu apa kesalahannya, orangtuanya
juga tidak memberikan pemahaman tentang kesalahan si anak. Dengan begitu
kondisinya adalah si anak hanya pasrah menerima hukuman atau pukulan tanpa
bisa membela diri. Hal ini jika terus menerus terjadi berdampak pada mental si
anak, ia akan mengembangkan harga diri yang rendah dan akan kesulitan untuk
bersosialisasi di sekolah dan lingkungan bermainnya.
Kepercayaan diri yang rendah bisa menyebabkan prestasi akademik anak menurun.
Selain itu anak bisa saja kehilangan semua potensinya. Kemungkinan terburuk
dari itu semua adalah hilangnya semangat belajar anak, hingga munculnya
pikiran untuk bunuh diri. Ia juga kesulitan untuk membela diri saat menerima
bullying dari orang lain.
Tugas orangtua tidaklah mudah, orangtua punya kewajiban untuk menenuhi
kebutuhan materi anak, memberikan kasih sayang, perhatian, pengajaran dan
teladan yang baik untuk anak. Orangtua harus menyadari bahaya dari sering
memukul anak sebelum terlambat, berusaha merubah kebiasaan,
orangtua harus mengutamakan cara lembut ketimbang cara keras dalam
mendidik anak.
Anak yang dipukul akan mengalami trauma, yang kemungkinan juga anak menjadi
orang yang kasar, sehingga akan menjadi pelaku kekerasan kepada oranglain dan
temannya. Kebiasaan buruk memukul anak, bisa membentuk tradisi kekerasan yang
berulang-ulang. Anak akan meniru semua yang hal yang dilakukan orangtuanya,
jika Anda sering memukul dan memarahi anak, maka jangan heran jika ia akan
melakukan hal sama pada adiknya.
Anak yang sering dipukul oleh orangtuanya maka akan terbentuk dalam pikirannya
bahwa tindakan kekerasan boleh-boleh saja dilakukan, alhasil tumbuh sikap
agresif dalam diri anak. Anak juga akan berpikir kekerasan bisa dijadikan alat
utama untuk meluapkan emosi. Disaat yang bersamaan ternanam kesan dalam diri
anak bahwa dirinya tidak cukup berharga untuk dicintai orangtuanya sendiri.
Jadilah anak memiliki sifat agresif dan rendah diri sekaligus.
Anak bisa menjadi rendah diri jika sering dimarahi atau dipukul
orangtuanya, citra diri seorang anak dibangun dari persepsi orang lain tentang dirinya.
Nah, sikap buruk orangtua terhadapnya membuat si anak berpikir bahwa dirinya
adalah seorang yang tidak berharga. Sekalipun anak sekedar dipukul di bagian
bokong, akan membuat anak bertanya-tanya terhadap citra dirinya di mata
orangtua, di satu sisi orangtua terlihat mencintainya dengan memenuhi segala
kebutuhannya, di sisi lain orangtua melakukan hal yang menyakiti jiwanya.
Anak merasa bahagia saat disayangi orangtuanya, tapi akan berubah 180 derajat
menjadi membenci orangtuanya saat dirinya disakiti, dimarahi atau dipukul.
Loading...
Kebodohan orangtua yang tidak tahu cara yang benar untuk menyayangi dan
mendidik anak, menyebabkan kebingungan dalam diri anak. Anak akan berpikir,
apakah dirinya seseorang yang disayangi, atau seseorang yang bisa disakiti
jika melakukan kesalahan kecil?
Pada dasarnya orangtua adalah sosok orang dipercaya, dicintai dan dihormati
oleh anak. Tapi saat anak terus-terusan menerima amarah dan pukulan dari
orangtuanya, maka rasa hormat, percaya dan cinta tersebut akan terkikis dan
hilang, yang tersisa adalah perasaan benci pada orangtuanya sendiri.
Memukul tidak membuat anak menjadi lebih baik dan disiplin, justru menyebabkan
anak menjadi seorang yang membangkang. Apalagi anak-anak belum bisa berpikir
rasional seperti orang dewasa, orangtua bisa saja berpikir bahwa pukulan
adalah hukuman yang pantas bagi si anak, tapi yang ada dipikiran anak adalah
rasa disakiti, dihina dan ketidakadilan.
Anak yang sering dipukul dan dimarahi orangtuanya, akan memiliki luka di hati
yang sangat sulit untuk disembuhkan. Kenangan buruk tersebut akan menutupi
semua kenangan indah yang dimiliki. Penelitian menemukan bahwa kebanyakan
pelaku kriminal adalah orang-orang yang sejak kecil menerima bentuk
pendisiplinan dalam bentuk kekerasan.
Penelitian memang menyebutkan adanya satu hasil positif dari hukuman fisik
pada anak yaitu membuat kepatuhan langsung jangka pendek. Akan tetapi efek
negatifnya sangat banyak seperti kerugian neurologis, fisik, mental, perilaku,
kognitif, emosional dan sosial.
Berbagai penelitian menemukan bahwa hukuman fisik telah terbukti berdampak
buruk terhadap tumbuh kembang anak, sementara tidak ada penelitian yang
menemukan bahwa hukuman fisik meningkatkan kesehatan perkembangan anak.
Memukul anak berdampak negatif pada perkembangan kognitifnya. Sebuah
studi mengungkapkan bahwa anak-anak yang sejak kecil dipukul mengalami masalah
dengan perkembangan kognitif, hambatan perkembangan IQ. Disebutkan juga bahwa
memukul anak bisa merusak atau mengurangi gray matter (jaringan penghubung
abu-abu pada otak), itu adalah bagian penting di otak yang bertanggung jawab
terhadap kemampuan belajar anak.
Dengan begitu anak yang sering dipukul akan terhambat potensi kecerdasannya,
dampaknya saat ia dewasa akan kesulitan bersaing dengan orang-orang di dunia
kerja, selain itu juga akan memiliki masalah berupa gangguan emosional. Orang
dewasa yang sejak kecil sering dipukul beresiko mengalami gangguan psikologis,
kerusakan otak, kecemasan, depresi, kurangnya keterampilan sosial, hingga
gangguan perhatian dan konsentrasi.
Pada anak usia dini, otak berkembang lebih cepat daripada organ lainnya. Ini
merupakan masa emas dalam perkembangan otak anak, tekanan yang disebabkan oleh
ketakutan dapat menghambat perkembangan dan fungsi otak anak, jika sering
terjadi menyebabkan kelainan permanen pada otak.
Perilaku orangtua sangat mempengaruhi masa depan anak nantinya. Seharusnya
orangtua mengajarkan anak mengenai hubungan yang sehat dan penuh rasa hormat.
Karena saat ia dewasa akan bergaul dengan banyak orang di luar, sehingga
orangtua seharusnya mencontohkan bagaimana cara bersikap respek, bagaimana
cara berbicara yang sopan dan penuh rasa hormat, bagaimana cara merespon,
bagaiman caranya menyikapi kesalahan seseorang.
Adapun jika orangtua kerjaannya hanya marah-marah kepada anak, maka pelajaran
dan teladan apa yang bisa diperoleh anak dari orangtuanya?
Selain itu anak yang sejak kecil sering dipukul biasanya setelah ia dewasa
akan pergi menjauh dari orangtuanya, bahkan ada yang tidak mau lagi
berkomunikasi dengan orangtuanya. Oleh karena itu, sebagai orangtua hendaknya
menghindari tindakan memukul sebagai metode pendisiplinan anak.
Loading...
Tulisan Terkait: