Kakak Autis Apakah Adiknya Akan Autis Juga?


Autisme terjadi karena gangguan perkembangan otak yang menyebabkan terhambatnya kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi anak.

Gangguan pada otak menyebabkan beberapa area berbeda di otak tidak terhubung dengan baik.

Anak Kecil
Ilustrasi | Photo credit: 

Dampaknya anak autis kesulitan berkomunikasi dan berhubungan sosial dengan orang-orang.

Anak-anak yang menderita autisme beresiko memiliki gangguan perilaku. Autisme sering disebut autism spectrum disorder (ASD).

Ciri-cirinya dapat dilihat melalui pola perilaku, keterbatasan interaksi dan aktivitasnya.

Sebagian anak autis suka menyentuh ataupun mencium objek (benda) tertentu secara berlebihan.

Anak autisme umumnya memiliki masalah berupa:
  • Kesulitan berbicara (menyampaikan keinginan).
  • Kesulitan memahami pembicaraan.
  • Kesulitan menggunakan bahasa tubuh seperti menunjuk dan melambai.
  • Kesulitan memahami rasa sakit, sedih dan perasaan sendiri maupun orang lain.
  • Cenderung sulit terhubung dengan orang-orang di sekitarnya.
  • Terlalu sibuk dengan dunianya sendiri.
  • Sulit melakukan kontak mata.
  • Mudah marah dan mengamuk.
  • Dalam kasus tertentu, anak autis sering menatap dengan pandangan kosong.

Dokter punya metode khusus dalam mendiagnosis autisme. Beberapa hal yang diperhatikan dokter pada anak autis yaitu kemampuan interaksinya, komunikasi verbal dan nonverbalnya, aktivitas, minat dan bermainnya.

Selain dokter, penanganan anak dengan autisme juga membutuhkan tenaga ahli lain seperti psikolog, psikiater anak, ahli terapi wicara, dll.

Tips berkomunikasi dengan anak autisme:
  • Bicara dengan kalimat singkat dan jelas. Hindari mengucapkan kalimat terlau panjang.
  • Berikan jeda pada setiap ucapan, berikan anak waktu untuk memahaminya.
  • Selalu memanggil anak dengan namanya.
  • Minimalisir suara-suara bising di sekitar anak.


Kakak autis apakah adiknya akan autis juga?

Sayangnya.....iya. Ada kemungkinan terjadi.

Pada laman Sciencedaily.com menyebutkan sebuah laporan tahun 2016 yang berjudul risiko autisme pada anak lebih kecil meningkat jika mereka memiliki saudara lebih tua (kakak) dengan kelainan autisme.

Studi tersebut menemukan bahwa risiko saudara kandung yang lebih muda terkena autisme adalah 14 kali lebih tinggi jika saudara yang lebih tua menderita ASD.

Penyebab pasti autisme belum diketahui, tetapi penelitian telah mengidentifikasi sejumlah faktor genetik dan lingkungan berkontribusi dalam perkembangannya.

"Studi kami memberikan wawasan tambahan tentang bagaimana autisme mempengaruhi saudara kandung," jelas Darios Getahun, MD, PhD, penulis senior studi, Kaiser Permanente Southern California, Departemen Riset & Evaluasi.

Anak-anak dengan saudara yang lebih tua menderita ASD memiliki tingkat ASD 11,3 persen dibandingkan dengan 0,92 persen untuk mereka yang memiliki saudara yang lebih tua yang tidak menderita ASD.

Laman Webmd.com menyebutkan peneliti Meghan Miller dan timnya mengklasifikasikan hampir 15.200 anak-anak berdasarkan apakah saudara kandung yang lebih tua telah didiagnosis dengan autisme.

Kelompok itu mencakup 730 anak-anak yang memiliki saudara kandung lebih tua terkena ADHD, 158 yang memiliki saudara kandung lebih tua terkena autisme, dan sekitar 14.300 tanpa diagnosis dalam keluarga dekat mereka.

Para peneliti juga memeriksa anak-anak untuk mengetahui apakah mereka memiliki kelainan perkembangan saraf.

Pada adik yang memiliki saudara lebih tua (kakak) dengan autisme, sekitar 12 persen mengembangkan autisme dan sekitar 3,8 persen mengembangkan ADHD, kata Miller.

Meghan Miller merupakan asisten profesor dan psikolog klinis berlisensi di University of California-Davis MIND Institute, di Sacramento.

“Untuk adik dari saudara lebih tua dengan ADHD, sekitar 12 persen mengembangkan ADHD dan 1,9 persen mengembangkan autisme.”

Loading...

Untuk meminimalisir resiko autisme, ini yang penting diketahui para Ibu:
  • Cegah autisme pada anak sejak program kehamilan. Para Ibu harus mengonsumsi makanan bergizi serta menerapkan gaya hidup sehat.
  • Hindari begadang, jangan konsumsi minuman beralkohol dan jangan merokok.
  • Sejak masa kehamilan, lakukan secara rutin kontrol kehamilan.
  • Hindari stres dan berpikir positif-lah selama masa kehamilan.
  • Hindari paparan polusi, termasuk asap rokok dan pembakaran.
  • Minum air putih yang cukup agar terhindar dari dehidrasi.
  • Lakukan aktivitas fisik yang baik, dan jangan berlebihan (terlalu capek).

Hal lain yang harus diketahui dan dilakukan:
  • Pastikan aliran darah ke oksigen dan ke seluruh tubuh bayi sekaligus otak tidak terganggu. Untuk itu penting mengecek secara rutin selama masa kehamilan.
  • Cermati apakah terjadi gangguan saluran cerna pada bayi baru lahir. Jika saluran cerna si bayi terganggu dan tidak diatasi dalam waktu lama berdampak pada gangguan fungsi otak, yang nantinya memengaruhi perkembangan dan perilaku si Kecil.
  • Pastikan memberikan ASI pada si Kecil.
  • Perhatikan baik-baik tumbuh kembang si Kecil, apakah berat badan terlalu rendah, memiliki gangguan saraf, atau kelainan lainnya.

Loading...

Tulisan Terkait: