Remaja Malas Berkomunikasi dengan Orangtua, Begini Cara Mengatasinya


Perubahan sikap anak saat beranjak remaja mungkin bisa membuat orangtua kaget dan kebingungan.

Bertambahnya usia anak maka bertambah pula luasnya pengetahuan yang dimilikinya, sehingga orangtua harus bersiap dengan segala kemungkinan yang bisa terjadi pada anak.

Orangtua dan Anak Remajanya
Orangtua dan Anak Remajanya | Photo credit: Gettyimages.com / E. Audras

Hal pertama yang harus dilakukan orangtua yaitu mencaritahu penyebab anak enggan atau jarang mau berkomunikasi dengan orangtua.

Mungkin saja beberapa aturan rumah ‘kontroversial’ yang orangtua buat menjadi penyebabnya.

Keterbukaan dan ‘open minded’ hendaknya diterapkan di rumah. Orangtua harus menghindari sifat otoriter yang dimana anak harus selalu tunduk pada perkataan orangtua.

Di zaman sekarang, orangtua harus mau dan tidak gengsi mendengarkan masukan anak. Diskusi orangtua dan anak remaja menjadi hal yang dilakukan secara rutin, sehingga hubungan orangtua dan anak remajanya menjadi dekat, terbuka, saling percaya, dan harmonis.

Tentunya orangtua sangat bahagia jika anak remajanya mau berterus terang dan terbuka pada orangtuanya.

Ketahuilah Karakteristik Remaja
Remaja merupakan fase sebelum akhirnya seseorang menjadi dewasa. Seorang remaja sedang ingin menjadi elang yang bebas, dirinya sangat tidak nyaman jika terlalu sering diatur.

Masa remaja merupakan masa-masa pencarian identitas (jati diri). Hal inilah yang menyebabkan remaja umumnya labil.

Stanley Hall (1846-1924) yang sering disebut sebagai bapak psikologi remaja, pernah mengatakan
bahwa masa remaja adalah masa badai dan tekanan (storm and stress).

Remaja yang dari tadinya hanyalah anak-anak yang sering diatur dan diurus orang tuanya, lama kelamaan memiliki tujuan dan keinginan tersendiri. Dirinya sudah mulai berani beradu argumen dengan orangtuanya.

Jika anak sejak kecil terlalu dikekang orangtuanya, maka saat remajanya dia akan berubah 180 derajat menjadi sangat berani menentang aturan orangtua.

Rasa gelisah juga menghantui para remaja. Itu karena remaja biasanya memiliki banyak angan-angan yang tinggi, baik itu yang masuk akal maupun yang tidak logis. Peran orangtua benar-benar vital dalam perkembangan anak.


Remaja di zaman sekarang agak berbeda dengan remaja di jaman dulu. Remaja sekarang hidup dengan lebih banyak fasilitas, salah satunya gadget. Bahkan kecenderungannya bersentuhan dengan gadget setiap waktu.

Remaja sekarang sangat kuat relasinya di dunia maya, sedangkan di dunia nyata agak kurang. Hal ini membuat generasi remaja saat ini cenderung bersifat skeptis dan sinis, lebih menjunjung tinggi privasi, lebih waspada, susah diatur, dan sangat bergantung pada teknologi.

Generasi remaja saat ini tidak mau mendengar masukan yang sifatnya menggurui. Sehingga pola pengasuhan harus disesuaikan dengan kondisi saat ini.

Generasi pendahulunya seperti ibu, bapak, kakek, dan nenek hendaknya menempatkan diri sebagai sahabat anak, sehingga tidak lagi menggunakan gaya otoriter seperti jaman dulu.

Jika Remaja Tidak Mau Berkomunukasi pada Orangtuanya
Orangtuanya yang otoriter seringkali membuat anak tidak mau terbuka, dimana anak lebih memilih curhat pada teman-temannya.

Jika ingin memberikan kritik atau saran, hindari dengan cara menggurui atau bahkan merendahkan karena kemungkinan anak remaja Anda tidak mau mendengarkan.

Jadilah orang tua yang mau mendengarkan ide dan masukan anak, sehingga nantinya anak akan menaruh hormat pada orangtuanya tanpa ‘dipaksa’.

Orang tua juga harus mampu mengerti perasaan anak, gunakanlah sudut pandang si remaja.

Banyak anak yang mengharapkan orangtua mereka sebagai sosok yang simpatik, tapi kebanyakan orangtua tidak mau mendengarkan dan kurang peduli. Sehingga jangan salahkan jika anak remaja malas untuk berkomunikasi dan tidak mau terbuka pada orangtuanya.

Jaga Perasaan Anak
Remaja tetaplah masih seorang anak. Yang namanya anak-anak, jika mood (perasaannya) bagus maka perilakunya akan baik. Demikian juga sebaliknya, jika mood-nya sedang kacau maka akan cenderung agresif.

Tolonglah anak agar selalu memiliki perasaan yang baik. Hindari suka men-judge anak sebelum mendengarkan alasannya, jangan suka memarahi anak, berikan respon empati, serta peka-lah pada perasaan anak.

Jangan mengucapkan kalimat-kalimat yang menyakiti hati anak, contohnya:
  • “Masa begini saja enggak bisa.”
  • “Bapak ini lebih pengalaman dari kamu!”
  • “Kamu ini masih bau kencur.”
  • “Kamu ini mentang-mentang pintar, sok-sok ngatur orang tua.”
  • Dan seterusnya.

Jadilah orangtua yang cerdas, peka dan bisa mengetahui apa yang diingini anak. Saat bersama anak, lakukan obrolan-obrolan santai.

Saat anak bersalah, bahaslah secara singkat saja, jangan mempersoalkan setiap masalah dengan sengit.

Yang terkhir dan paling penting, dalam berbicara pada anak remaja Anda gunakanlah kalimat yang lembut dan penuh kasih sayang.

Loading...

Tulisan Terkait: