14 Cara Mengatasi Anak Suka Menangis dan Mengamuk


Anak menangis memang merepotkan, tapi hati-hati dalam merespon anak menangis. Memberikan respon yang salah berdampak buruk pada perkembangan si anak hingga masa dewasanya.

Anak Menangis
Anak Menangis | Photo credit: Gettyimages.com / Steve Craft

Tangisan anak kecil bisa sebagai ungkapan rasa sedih, takut, marah, frustrasi, bingung ataupun cemas. Berikut tips untuk menangani kondisi ini:

1. Pahami Mengapa Anak Menangis
Orangtua harus memahami PERASAAN anak. Saat anak menangis, umumnya karena perasaannya sedang tidak enak. Cari tahu mengapa anak mengalami bad mood.

Khusus pada bayi, menangis bisa karena lapar, kedinginan, tidak nyaman, sakit, popok basah, membutuhkan dekapan Ibu, dan lainnya.

Dengan mengetahui penyebab anak menangis, maka penanganannya akan lebih mudah. Hindari memarahi anak yang sedang menangis.

2. Tetap Tenang
Anak yang tantrum (menangis dan mengamuk), untuk anak usia sebelum sekolah masih tergolong wajar dan umum terjadi, sebab pada fase ini anak baru mulai belajar bagaimana merespon kekecewaan.

Tantrum bisa terjadi saat anak kecewa karena tidak berhasil mendapatkan apa yang diinginkannya.

Cara mengatasi situasi ini yaitu pertimbangkan permintaan anak, jika permintaan anak aneh-aneh maka orangtua perlu tegas untuk berkata “TIDAK”.

Mungkin setelahnya anak akan menangis atau bahkan mengamuk, respon orangtua adalah TETAP TENANG, jangan terpancing emosi, dan jangan memarahi anak karena justru memperburuk situasi.

Tarik napas dalam-dalam untuk membantu Anda tetap tenang dan bisa berfikir jernih.

PELUK ANAK (saat situasi mulai membaik), dan USAPLAH KEPALANYA. Lamanya anak mengamuk biasanya 15-20 menit, setelah itu anak akan lelah.

Anak tantrum harus sering-sering dipeluk dan diusap kepalanya, karena ampuh untuk memberikan rasa tenang dan nyaman.

Komunikasi dua arah dengan anak sangat penting, orangtua harus berjuang untuk memberi pemahaman pada anak bahwa mengamuk bukanlah cara untuk mendapatkan perhatian.

Jangan biarkan menangis dan mengamuk menjadi senjata ampuh anak agar keinginannya dituruti.

Selain itu, saat orangtua menolak permintaan anak, jelaskan pada anak penyebab permintaannya ditolak (gunakan bahasa yang mudah dipahami anak).


3. Bantu Anak dalam Bersosialisasi
Penyebab anak cengeng bisa juga karena tidak punya teman. Tidak adanya teman sebaya membuat anak kesepian.

Bantu anak untuk memiliki teman-teman yang baik sehingga kecerdasan emosionalnya (EQ) meningkat secara pesat.

Saat bersosialisasi dengan teman-temannya, anak nantinya banyak belajar dari teman-temannya (carikan teman-teman yang baik untuk anak), salah satunya yaitu cara bersikap. Anak cenderung meniru kelakuan teman-temannya.

4. Bantu Anak untuk Meluapkan Emosinya dengan Sehat
Energi berlebih pada anak-anak harus disalurkan, orangtua harus berpikir untuk menyusun daftar aktivitas anak sehari-hari.

Cari tahu berbagai kegiatan yang baik untuk perkembangan anak, baik itu untuk perkembangan fisiknya, kecerdasan intelektualnya (IQ) maupun kecerdasan emosionalnya (EQ).

Anak ajak untuk melakukan aktivitas berguna seperti sepak bola (dan olahraga lainnya), memasak bersama, membantu menyiapkan makanan, melukis, membaca bersama, pergi ke gym bersama, jogging bersama, berenang, dll.

Pada hari libur, Anda bisa mengajak anak ke musem, taman buah, kebun binatang, dan lainnya.

Dengan berbagai kegiatan tersebut, energi dan emosi anak akan tersalurkan secara sehat.

Ingat! Peran orangtua bukan hanya memberikan makan dan minum untuk anak. Orangtua juga berkewajiban untuk menyediakan berbagai aktivitas yang menyenangan dan bermanfaat bagi anak, sehingga tumbuh kembang anak optimal.

5. Anak yang sedang tantrum atau marah, berarti sedang berkutat dengan emosinya sendiri. Anak yang dalam kondisi seperti ini sulit untuk diajak berdiskusi.

Lebih baik biarkan saja (jangan ditanggapi tantrum nya anak) hingga emosinya akan mereda sendiri, beraktivitaslah seakan-akan tidak terjadi apa-apa.

Hal ini nantinya membuat anak belajar bahwa menangis dan mengamuk tidak memberikan manfaat apapun.

Saat anak menangis ataupun mengamuk, orangtua jangan sampai terpancing emosi, orangtua harus tetap dalam kondisi tenang.

6. Hindari bereaksi berlebihan saat anak menangis karena menyebabkan anak semakin histeris tangisannya.

Contoh reaksi berlebihan seperti menghujani anak dengan banyak pertanyaan. (misalnya: “KAMU KENAPA SIH?”, SIAPA YANG NANGISIN KAMU?”, dll)

Jangan memperlihatkan wajah panik saat anak menangis, usahakan selalu tenang dan emosi tetap stabil.

Loading...

7. Ajarkan anak bahwa cara mendapatkan perhatian bukan dengan menangis, tapi dengan cara bicara baik-baik dan jelas.

8. Mungkin selama ini anak kurang mendapatkan perhatian, sehingga anak berusaha mencari perhatian dengan cara menangis. Dengan begitu, orangtua harus sering-sering menemani anak agar kebutuhan emosional nya terpenuhi.

9. Anak menangis bisa karena gangguan suasana hati, oleh karena itu orangtua harus pintar-pintar untuk memperbaiki suasana hati anak, misalnya dengan mengajak jalan-jalan ke taman atau melakukan kegiatan menyenangkan tertentu.

10. Pastikan kebutuhan dasar anak terpenuhi. Anak menangis bisa saja karena lapar, lelah ataupun mengantuk.

11. Hindari kalimat perintah untuk menghentikan tangis anak (lebih parah lagi memarahi dan memukul anak). Anak yang sedang menangis sebenarnya ingin disayang dan dipeluk.

Misalnya anak menangis karena tidak mau mandi, daripada memarahi anak, lebih baik tanyakan mengapa tidak mau mandi, peluk dan gendong anak ke kamar mandi. Bilang ke anak bahwa mandi membuat tubuh sehat dan segar.

12. Terkadang tangsisan anak hanyalah manipulasi. Anak tahu dengan ‘bersandiwara’ menangis maka keinginannya akan dituruti.

Jika faktanya begini maka orangtua harus tegas, tolak tangisan manipulatifnya, jangan digubris tangisannya. Kembalilah pada anak jika tangisnya berhenti. Ketegasan harus dilakukan agar jangan sampai menangis dijadikan ‘senjata’ oleh anak.

Walaupun orangtua harus tegas, tapi bukan berarti kasar. Tegas dan kasih sayang tidaklah bertentangan.

13. Saat anak terus menangis dan tidak mau berkomunikasi, katakan saja: "Ya sudah, kalau kamu memang ingin nangis. Kalau sudah selesai nangisnya, kasih tahu Bunda ya, Bunda ingin tahu kenapa kamu nangis”.

14. Ucapkan Kalimat yang Menenangkan Anak
Saat anak menangis jangan memarahinya. Katakan kalimat-kalimat ringan yang membantu menenangkan anak, selain itu usahakan memilih kata-kata yang tepat.

Hindari perkataan yang tidak berguna, misalnya Jangan menangis, perkataan ini mengakibatkan anak merasa orangtuanya tidak peduli pada perasaannya. Ucapan ini kesannya seakan-akan perasaan anak bukanlah hal yang penting, sehingga anak diabaikan perasannya. Sehingga bukannya menghentikan tangisan anak, jutsru membuat tangisan anak lebih keras dan mungkin anak akan melawan.

Contoh perkataan buruk lainnya yaitu kok cengeng banget.

Adapun perkataan yang bagus untuk diucapkan:
  • “Tidak apa-apa kalau kamu sedih”
  • “Bunda ada di sini.”
  • “Bunda tahu kamu sedang sedih.”
  • “Bunda juga ikut sedih kalau kamu terus menangis.”
  • “Bunda dengar kamu, kok.”
  • “Kamu mau Bunda peluk?”
  • “Bunda tahu ini terasa begitu sulit”
  •  “Kamu masih mau nangis? Bunda temani ya.”
  • “Coba lihat apa yang sakit?” (Jika anak mengalami insiden)
  • “Sedih kenapa? Nanti cerita ya setelah menangis.”
  • “Kita ini satu tim. Bunda akan membantumu.”
  • “Bunda sayang kamu.”
  • ”Ayo kita ke tempat yang lebih tenang supaya masalahnya selesai.”
  • “Bunda tahu kamu sedih, tapi Bunda tidak tahu apa yang kamu butuhkan. Kamu bisa jelasin gak supaya Bunda mengerti?”
  • “Kamu boleh marah, tapi tak boleh menyakiti orang lain.”
  • “Duduk dan tarik napas, yuk.”
  • Dan kalimat-kalimat ringan lainnya.

Loading...

Tulisan Terkait: