Anak perlu diajarkan nilai-nilai displin sejak dini, yang tentunya sesuai
dengan tahapan usia perkembangannya. Penerapan disiplin juga harus dilakukan
secara konsisten, bukan sebuah nilai dsiplin jika tidak bisa dilakukan secara
kontinyu atau terus-menerus.
Pentingnya mengenalkan anak sejak dini pada nilai kedisiplinan agar nantinya
Si Anak saat usia sekolah tidak lagi kaget dengan berbagai aturan di
sekolahnya, ia juga bisa lebih mudah menghadapi hari pertamanya di sekolah,
dalam jangka panjang anak dapat lebih mampu menjalankan pola hidup disiplin di
usia sekolah, kuliah maupun dewasanya kelak.
Dalam pengajaran sikap disiplin kepada anak, bukan berarti orangtua dilegalkan
untuk melakukan cara kekerasan agar anak mau disiplin. Pada dasarnya bukanlah
hal yang mudah memasukan nilai disiplin ke dalam diri anak karena menanamkan
nilai disiplin bukan dengan cara instan dan paksaan. Sebagian orangtua ingin
agar anaknya disiplin maka ditempuhlah cara-cara keras, ini sebuah kesalahan
yang banyak sekali dilakukan oleh para orangtua.
Cara yang benar mengajarkan disiplin yaitu berdialog dengan anak dan
memberikan pengertian tentang pentingnya kedisiplinan, sehingga yang
seharusnya dilakukan adalah orangtua sering bersama anak di rumah, saat
kebersamaan seperti itulah orangtua memberitahu anak tentang kewajiban dan
berbagai manfaat dari kedisiplinan. Oleh karena itu, disiplin BUKANLAH sesuatu
yang bisa dipelajari secara instan, maka disiplin harus ditanami pada anak
sejak dini.
Tidak akan berhasil mengajarkan kedisiplinan secara instan dan paksaan,
apalagi jika Si Anak selama ini tidak pernah dibiasakan disiplin, tidak tahu
manfaat disiplin serta tidak pernah sekalipun dikenalkan dengan nilai-nilai
disiplin, maka sungguh ironi jika orangtua secara tiba-tiba mengharuskan anak
untuk disiplin hari ini juga, tentunya anak akan kaget dan tidak akan mampu.
Misalnya anak tidak terbiasa belajar di rumah karena selama ini orangtuanya
cuek dan tidak pernah memperhatikan aktivitas belajarnya, jadinya anak hanya
bermain gadget saja, apalagi di hari libur main gagdet dari pagi sampai malam.
Tapi pada suatu hari dibuat peraturan bahwa anak harus belajar setiap jam 8
malam, tapi karena selama ini tidak terbiasa belajar di rumah maka anak pun
kesulitan menjalankan aturan tersebut, alhasil anak sering dimarahi
orangtuanya yang tidak sabaran, karena sering dimarahi maka anak pun
memberontak pada orangtuanya.
Nah itulah contoh kesalahan dalam mengajarkan anak, yang hasilnya adalah
kegagalan, bahkan hubungan orangtua dan anak menjadi renggang akibat orangtua
yang tidak sabaran dan ‘berhalusinasi’ anak harus disiplin saat ini juga,
padahal mengajarkan disiplin tidak bisa instan melainkan BUTUH PROSES yang
panjang agar terbentuk sikap disiplin sedikit-demi-sedikit dalam diri anak.
Atas hal inilah, pengenalan nilai-nilai disiplin dilakukan sejak dini karena
prosesnya panjang.
Disiplin tidak mudah untuk dilakukan, apalagi jika selama ini tidak terbiasa
disiplin. Saat orangtua mengajarkan disiplin, misalnya mengajari disiplin
MENJAGA WAKTU, dimana kesalahan yang sering terjadi pada anak usia sekolah
adalah lupa waktu, maka orangtua jangan pernah bosan mengingatkan anak
terhadap kewajiban-kewajibannya, ingatkan dengan cara yang baik. Pokoknya
jangan sampai anak terlena terus-terusan bermain sehingga lupa menjalankan
tugsnya. Jika anak sudah melalaikan kewajibannya, maka kedepannya anak akan
lebih sering melalaikan kewajiban-kewajibannya.
Dengan begitu dalam mengajarkan anak disiplin orangtua harus AKTIF. Selain itu
latih kedisiplinan anak dengan memberikan tugas rumah harian yang tentu
disesuaikan dengan usia anak, beberapa tugas yang bisa dibebankan pada anak
yaitu membereskan tempat tidur, menyapu, mengepel, mencuci piring, menyiram
tanaman, mengelap jendela dll. Mintalah anak untuk rutin mengerjakan tugasnya.
Agar hubungan orangtua dan anak menjadi dekat, hendaknya tugas beres-beres
rumah dilakukan bersama-sama antara orangtua dan anak.
Selain itu anak seharusnya dibiasakan untuk BANGUN PAGI karena anak yang sudah
terbiasa bangun pagi dan tidur jam 9 malam biasanya lebih mudah untuk diajari
disiplin. Sebuah kesalahan fatal jika orangtua membiarkan anak tidur diatas
jam 10 malam, lebih parah lagi jika anak masih bermain gadget pada jam 12
malam.
Anak-anak yang sudah terbiasa bangun pagi biasanya bisa LEBIH DISIPLIN dalam
menjaga waktunya, dibandingkan anak-anak yang tidur larut malam. Sikap
disiplin ini sangat diperlukan agar anak dapat melaksanakan tugas-tugasnya
dengan baik, adapun anak yang tidak disiplin biasanya suka menunda-nuda
mengerjakan PR, akibatnya anak sering dihukum oleh guru di sekolah karena
tidak mengerjakan PR.
Anak yang disiplin juga biasanya punya jiwa yang lebih BERTANGGUNG JAWAB, ini
tentu membuat orangtua bahagia karena anak bisa menjalani tugas-tugasnya
dengan baik. Saat orangtua memberikan tugas pada anak, maka orangtua bisa
tenang karena anak selama ini menjalankan kewajibannya dengan baik.
Hal yang sangat penting yaitu pastikan orangtua memberikan PENGHARGAAN. Saat
anak berhasil menerapkan pola hidup disiplin, pastikan orangtua memberikan
reward berupa pujian maupun hadiah. Pujilah anak saat ia berhasil disiplin,
sehingga anak menyadari bahwa orangtuanya sangat senang saat dirinya disiplin.
Apalagi jika anak diberikan hadiah maka semakin semangat untuk menjalankan
hidup disiplin.
Membuat tabel waktu kegiatan juga dapat membantu anak untuk bisa
disiplin. Tabel kegiatan harian anak dibuat dengan sederhana saja, beberapa
kegiatannya misalnya Jam 06.00: Anak sarapan pagi, Jam 13.00: Anak makan
siang, Jam 20.00: Anak belajar, dll.
Jangan menuliskan terlalu banyak kegiatan karena tabel akan terlihat
memusingkan, cukup beberapa kegiatan penting saja, tabel ditulis di papan
tulis ataupun di kertas yang ditempelkan di dinding. Nah saat anak berhasil
menjalankan kegiatan sesuai waktu yang ditentukan, pastikan orangtua memuji
anak dan kalau bisa berikan anak hadiah sehingga ia semakin semangat untuk
disipin.
Loading...
Jangan menggunakan kekerasan dalam mengajarkan anak disiplin, yang
seharusnya dilakukan orangtua yaitu berdialog dengan anak, tanamkan
nilai-nilai disiplin dengan memberitahu anak tentang pentingnya disiplin dan
tepat waktu. Ajarkan nilai disiplin pada anak sesuai dengan usianya, sehingga
apa yang diajarkan orang tua akan efektif serta sesuai dengan tumbuh kembang
dan kemampuan anak.
Misalnya pada balita, tentunya orangtua hanya akan mengajarkan hal-hal yang
sederhana saja. Balita belajar dengan melihat apa yang dilakukan orang tuanya.
Gunakan bahasa positif dalam membimbing balita, misalnya mengatakan "Saatnya
duduk" lebih baik dibandingkan mengatakan "Jangan berdiri". Kata, "tidak"
diucapkan pada masalah yang paling penting saja, seperti keamanan.
Orangtua bisa menanamkan nilai-nilai disiplin pada Balita, hal pertama adalah
memuji perilaku baik Si Balita, sehingga secara tidak langsung memberitahu
Balita tentang prilaku apa saja yang disenangi orangtuaya. Jika balita
melakukan sesuatu yang buruk maka jangan dimarahi, beritahukan dengan ucapan
yang lemah lembut sehingga menjadi nasehat yang benar-benar berharga untuk Si
Balita, orangtua juga perlu mencari strategi untuk mengalihkan Balita dari
hal-hal yang buruk.
Ajari untuk tidak memukul atau melakukan perilaku agresif, anak perlu
diarahkan untuk menggunakan cara konstruktif dan damai dalam menyelesaikan
konflik, tanamkan dalam diri anak sejak dini bahwa tindakan kekerasan adalah
hal yang harus dihindari. Jika anak memiliki teman yang suka memukul bahkan
tantrum, maka carikan teman lain yang baik prilakunya untuk Si Anak, itu
karena anak meniru prilaku teman-temannya, jika teman-temannya berprilaku
buruk maka anak pun akan berprilaku buruk juga nantinya.
Secara konsisten orangtua mengarahkan anak untuk tidak melakukan cara
kekerasan dalam menyelesaikan konflik. Berikan contoh baik, sebuah kesalahan
jika orangtua suka marah, membentak bahkan memukul anak, karena Si Anak akan
meniru orangtuanya.
Anak usia prasekolah mulai dikenalkan dengan disiplin waktu, selain juga
disiplin dalam bersikap. Pada dasarnya anak-anak usia prasekolah masih
berusaha memahami bagaimana segala sesuatu bekerja dan apa efek tindakan
mereka. Si Anak dalam masa mempelajari perilaku yang sesuai, anak berusaha
mengetahui apa saja yang menjadi batasan-batasan dari orangtuanya, apa saja
yang masih dalam batas toleransi orangtuanya dan yang tidak. Sehingga
anak-anak usia prasekolah sering salah dalam berprilaku, hal ini wajar karena
mereka belum mengetahui, nah tugas orangtua adalah membimbing.
Berikan tugas-tugas sederhana, misalnya meminta anak membereskan mainannya
atau perintah lainnya, tentunya tugas yang diberikan disesuaikan dengan usia
anak, jika anak kebingungan dengan tugas yang diperintahkan maka berikan
arahan sederhana langkah demi langkah. Selesai anak menjalankan tugasnya
dengan baik, jangan lupa memberikan pujian atau hadiah.
Pada anak usia sekolah biasanya sudah bisa mengerti makna benar dan salah.
Orangtua sudah mulai bisa memberitahu harapan keluarga terhadap anak, serta
konsekuensi jika anak tidak memenuhinya dan melakukan prilaku buruk. Berikan
anak tanggung jawab dan penghargaan secara seimbang. Kedisiplinan tentu sangat
bagus, tapi hindari anak menerima hukuman fisik, baik itu dari orang tuanya
sendiri maupun orang lain, serta termasuk guru-guru di sekolah tidak boleh
melakukan tindak kekerasan.
Pada anak remaja biasanya sudah bisa mengambil keputusan dengan lebih mandiri.
Jadilah orangtua yang supportif, yaitu menghargai keputusan anak dan
mendukungnya, hanya saja orangtua tetap perlu mengarahkan anak dalam batas
aman. Tunjukkan kasih sayang dan perhatian padanya, miliki waktu yang cukup
untuk bersama anak. Setelah memiliki hubungan yang baik antara orangtua dan
anak, maka barulah orangtua mengajarkan kedisiplinan, biasanya berhasil.
Kenalkan anak pada aturan dan konsekuensi, sebenarnya anak usia delapan
tahun sudah bisa dikenalkan dengan aturan dan konsekuensi. Orangtua perlu
mendengarkan pendapat anak saat menerapkan aturan, ingat mengajarkan disiplin
secara efektif bukan dengan cara kediktatoran. Orangtua dan anak harus
terbiasa berdiskusi dalam sehari-hari, berikan anak kesempatan untuk
mengungkapkan pendapat dan perasaannya.
Orangtua harus paham betul kondisi anak di dalam proses pengajaran disiplin,
tindakan semena-mena orangtua bisa menyebabkan anak merasa dendam dan marah
pada orangtuanya. Sangat penting menjaga harga diri anak dan tidak
meninggalkan luka di hati anak, maka fokuslah pada persoalan dan jangan
memberikan konsekuensi yang tidak ada kaitannya, misalnya anak dilarang
menggunakan gadget selama 2 minggu atau anak tidak mendapat uang jajan
seminggu. Sebagai orangtua harus pandai-pandai MENGATUR EMOSI sehingga jangan
marah berlebih dan memberikan konsekuensi secara emosional, jika ingin
menghukum maka berikan hukuman yang mendidik dan bisa menyadarkan anak pada
kesalahannya.
Konsekuensi yang ditentukan harusnya wajar dan masuk akal, tujuan konsekuensi
memberikan pengalaman bagi anak agar memperbaiki dirinya. Konsekuensi hanyalah
sarana untuk mempertegas bahwa perilaku atau tindakan Si Anak keliru sehingga
harus segera diperbaiki. Orangtua harus Ingat, konsekuensi bukanlah sarana
untuk melampiaskan kemarahan.
Saat menjalankan konsekuensi pastikan anak sudah memahami apa kesalahannya,
dan setelah konsekuensi dijalankan maka orangtua jangan pernah
mengungkit-ungkit kesalahan anak. Selain itu dalam memberikan konsekuensi,
orangtua harus tetap menjaga harga diri anak sehingga jangan membentak,
berkata kasar maupun menyindir anak. Juga jangan pernah menceritakan kesalahan
anak kepada orang lain.
Buat aturan dan konsekuensi yang JELAS maka disiplin akan terbentuk dengan
baik dalam diri anak. Ini seperti di jalan raya, dimana ada banyak aturan dan
rambu-rambu seperti dilarang parkir dll yang bisa diketahui dengan jelas oleh
setiap pengendara. Jika pengendara melanggar maka ada konsekuensinya yang
jelas yaitu tilang atau denda, adapun Polisi tidak perlu memaki atau memukul
pengendara yang melanggar, cukup memberikan konsekuensi akibat melanggar
aturan lalu lintas.
Jaga harga diri anak, anak bisa disiplin karena kemauannya sendiri,
orangtuanya sebenarnya hanya perlu memberikan teladan yang baik maka anak akan
mencontohnya. Oleh karena itu orangtua harus menjadi IDOLA bagi anak-anaknya,
berikan anak perhatian, kasih sayang dan jagalah harga diri anak.
Orangtua juga harus konsisten dalam menerapkan disiplin atau konsekuensi, saat
anak melanggar aturan maka konsekuensi harus dijalankan. Penerapan konsekuensi
secara konsisten membantu anak memahami bahwa ia harus disiplin serta
menyadari apa yang dilakukannya telah salah. Jangan sampai penerapan aturan
hanya setengah-setengah, tapi jangan juga terlalu sering memberikan
konsekuensi, hindari memberikan konsekuensi berkali-kali dalam sehari.
Agar pengajaran disiplin berjalan sukses, pastikan orangtua menjalin hubungan
yang positif dengan anak setiap harinya. Memukul anak dan bertindak kasar
bukanlah cara efektif untuk mendisiplinkan anak, justru dengan memberikan
cinta, perhatian dan kasih sayang maka anak lebih mudah untuk diajari
disiplin.
Loading...
Tulisan Terkait: