Laman

Bahaya Memberikan Label Buruk pada Anak Terhadap Kesehatan Mental dan Masa Depannya


Orangtua seringkali tidak menyadari efek negatif dari memberikan label buruk pada anak. Sekalipun Anda kesal dengan kelakuan anak, bukan berarti Anda boleh mengucapkan kalimat negatif pada anak. Terlebih yang namanya anak-anak rentan untuk melakukan kesalahan karena biasanya belum paham.

Sebisa mungkin jangan mengucapkan kalimat negatif pada anak, terlebih memberikan label buruk dan memanggil anak dengan sebutan buruk tersebut. Misalnya sebagian orangtua memberikan label “cengeng” pada anaknya, dan seringkali memanggil anaknya dengan sebutan si cengeng. Dampak pemberian label buruk akan berbahaya untuk anak, yang biasanya orangtua tidak menyadarinya.

Anak Laki-Laki
Photo credit: istockphoto.com|g-stockstudio

Apalagi jika memberikan label buruk pada anak di depan banyak orang. “Iya, ini anak cengeng banget!” kalimat yang dilontarkan orangtua kepada anak saat ada banyak orang. Tentunya anak menjadi sangat malu dan runtuh percaya dirinya, si anak merasa dirinya dihina di depan banyak orang.

Selain itu jika orangtua sering memberikan label cengeng pada anak, akan tertanam di dalam benak Si Anak bahwa dirinya adalah orang yang lemah dan cengeng. Akibatnya saat menghadapi sebuah kesulitan yang bisa ia lakukan hanya menangis, karena sudah tertanam di benaknya bahwa ia seorang yang lemah.

Termasuk pada anak usia balita jangan pernah memberikan label cengeng, karena hanya membuatnya semakin cengeng. Jika balita menangis hadapi dengan tenang, tanyakan apa yang terjadi, cari tahu yang dibutuhkannya, pokoknya sikapi balita yang sedang menangis secara bijak, jangan pernah menyebut Si Balita sebagai “Anak Cengeng.”


Efek negatif labeling pada anak seringkali tidak disadari orangtua, padahal dampaknya sangat berbahaya pada kejiwaan anak. Walaupun Anda sedang marah tapi jangan sampai memberikan label-label yang jelek pada anak. Beberapa misalnya label negatif yang sering disematkan orangtua pada anak yaitu “cengeng”, “pemalas”, “pelupa”, “payah”, “anak nakal” dll.

Para ahli tumbuh kembang anak mengatakan bahwa label yang diberikan pada anak sangat mempengaruhi karakter dan pembentukan jati diri si anak. Anak yang sering diberikan label negatif akan merasa dirinya tidak berharga, hal ini sangat mengganggu psikologis anak dan menghambat perkembangan mentalnya.

Anak juga bisa merasa bahwa dirinya ditolak jika sering diberikan label buruk, yang dalam jangka panjang membentuk sifat minder di dalam diri anak, dimana anak menjadi pribadi yang tertutup dan tidak suka bergaul. Pelabelan buruk dapat meruntuhkan kepercayaan dirinya dan juga anak merasa dirinya tidak berharga.

Jika anak sering diberikan label bodoh atau payah, yang terjadi akan tertanam di dalam dirinya sesuai dengan cap yang diterimanya, yang itu akan terus terbawa hingga masa remaja dan dewasanya. Sehingga saat ia nantinya ingin masuk ke sekolah atau universitas terbaik, maka muncul perasaan bahwa dirinya tidak pantas untuk berada disana, ia tidak percaya diri untuk bisa bersaing dengan orang-orang.

Perasaan minder, rendah diri dan tidak percaya diri akan terus menghantuinya seumur hidup, akibat label buruk yang didapatkannya saat masih anak-anak. Akibat lainnya jika anak diberikan label bodoh, maka si anak enggan untuk belajar dan merasa tidak akan mampu menyerap atau memahami pelajaran.


Adapun memberikan label nakal pada anak, maka akan tertanam di alam bawah sadar anak bahwa ia memang anak nakal, sehingga pelabelan tersebut menyebabkan anak semakin nakal.

Anak yang sering diberikan label negatif, lama-kelamaan ia melihat dirinya seperti label yang diterimanya, dan anak memandang dirinya buruk sehingga akan minder untuk bertemu orang-orang. Dampak label negatif menjadikan anak memandang dunia sebagai tempat yang menyeramkan.

Pada dasarnya semua orangtua ingin yang terbaik bagi anak-anaknya, saat anak terlihat belum memberikan usaha terbaiknya, maka jangan sampai memberikan label buruk pada anak, jadilah orangtua yang penyabar, perhatian, berkasih sayang dan suka memaklumi anak.

Selain itu ketahuilah bahwa setiap anak itu unik, masing-masing anak memiliki kelebihan dan kekurangannya. Jadi jangan paksakan anak harus sesuai dengan keinginan Anda. Lebih baik carilah bakat terpendam yang ada di dalam diri anak, pasti ada.

Orangtua adalah figur yang dipercayai oleh anak, sehingga sangat mungkin kalau anak langsung percaya perkataan orangtuanya. Saat orangtua memberikan label “bodoh”, “payah” dan “lemah” maka saat itulah anak meyakini bahwa dirinya bodoh, payah dan lemah. Ia akan menjadi anak yang takut bereksplorasi dan tidak berani mencoba hal baru sehingga tumbuh kembangnya terhambat.

Label buruk yang sering didapatkan juga membuat anak rentan stres, dalam jangka panjang pada masa remaja dan dewasanya beresiko tinggi terkena depresi. Pemberian label buruk menyebabkan jiwa anak tertekan dan tidak nyaman yang lama-kelamaan memicu perasaan stres dalam diri anak.

Loading...

Jangan karena alasan demi kebaikan anak sehingga orangtua menetapkan standar tinggi untuk anak, saat anak tidak mencapai standar tinggi tersebut maka orangtua pun dengan entengnya memberikan label buruk ke anak. Ini sungguh hal keliru yang dilakukan orangtua dan akibatnya bisa fatal terhadap psikologis atau kejiwaan anak.

Selain itu, jika anak telah berusaha semaksimal mungkin tapi direspon negatif oleh orangtuanya menyebabkan anak merasa tidak dihargai oleh orangtuanya, akibatnya hubungan orangtua dan anak menjadi renggang. Anak sangat kecewa pada orangtuanya karena tidak menghargai usahanya. Label bodoh atau label buruk lainnya yang disematkan juga dapat mengakibatkan potensi dalam diri anak terkubur (dan hilang). Setiap anak punya potensinya masing-masing, perasaan negatif yang diterima anak menyebabkan hilangnya motivasi anak untuk berjuang menggapai potensinya.

Pelabelan sangat mempengaruhi anak dalam memandang dirinya. Label yang diberikan orang tua, guru maupun lingkungan berdampak pada cara pandang anak terhadap dirinya sendiri. Ilmuwan menjelaskan bahwa umumnya konsep diri dikembangkan oleh bagaimana kita berpikir orang lain memandang kita. Khususnya pada anak-anak yang mengembangkan perasaan diri mereka berdasarkan dari apa yang orang lain katakan tentang diri mereka.

Bahkan penelitian menemukan bahwa ketika para guru berharap anak tertentu akan menunjukkan perkembangan intelektual yang lebih besar, ternyata anak itu benar-benar menunjukkan perkembangan intelektual yang luar biasa. Dengan begitu, saat kita melabel anak secara negatif maka ia akan mendapatkan hal-hal yang negatif pula.

Loading...